Ibnu Taymiah: Tentang Ucapan Umar ‘Andai Bukan Karena Ali, Pasti Umar Celaka’

| |


Ibnu Taymiah: Tentang Ucapan Umar ‘Andai Bukan Karena Ali, Pasti Umar Celaka’Ibnu Taymiah sedang berhadapan dengan sebuah kenyataan tentang keunggulan ilmu Imam Ali ra. di atas para sahabat lain tidak terkecuali Khalifah Umar ibn al- Khaththab ra yang ia unggulkan di atas Ali ra. dengan dasar bualan-bualan palsu yang menggelikan kaum ibu sekalipun sedang ditinggal mati bayi kesayangannya.

Ia sedang berhadapan dengan kenyataan pahit yang tidak mungkin ia relakan tanpa menampakkan sikap sinis dan meremehkan dan andai bisa pasti ia bohongkan. Entah mengapa kali ini ia sedikit punya rasa malu untuk berbohong dengan mengatakan bahwa bukti itu adalah palsu!

Bukti-bukti mutawatir telah mengabadikan bahwa dalam banyak kesempatan, ketika sedang menghadapi masalah pelik yang memusingkan, Khalifah Umar ra selalu mendapat bantuan penyelesaian dari Imam Ali ra. sehingga dengan jujur ia mengatakan:

لَوْ لاَ علِي لَهَلكَ عُمَرُ.

“Andai bukan karena Ali pasti celakalh Umar!”Sekali lagi saya katakana, Ibnu Taymiah sepertinya tidak suka dengan kejujuran Khalifah Umar. Benih-benih keragu-raguan-pun mulai ia tebarkan. Ibnu Taymiah berkata:

هَذَا لا بُعْرَفُ أَنَ عُمرَ قالَهُ إلاَّ في قضِيَّةٍ واحِدَةٍ، إنْ صَحَّ ذلك، و كان عمر يقول مثلَ هذا لِمَنْ هو دُونَ عليٍّ.

“Ucapan itu tidak diketahui dikatakan Umar, kecuali dalam satu kasus saja, itupun kalau benar. Dan Umar pun telah mengatakannya untuk orang yang lebih rendah dari Ali.”Penulis berkata:

Anda berhak bertanya terharan-heran, kedengkian apa yang sebenarnya terpendam di hati Ibnu Taymiah sehingga ia selalu menampakkan kegigihannya dalam menolak setiap keutamaan Imam Ali ra. atau meragukannya dengan tanpa alasan? Dalam hemat penulis membela Khalifah Umar ra. atau sahabat manapun tidak mesti dibarengi dengan kebencian kepada Imam Ali as. dan membohongkan berbagai keutamaan yang disandangnya. Namun berbeda dengan Ibnu Taymiah, seperti ia merasa kurang absah dalam membela para jujungannya kalau tidak dibarengi dengan melecehkan Imam Ali ra. Aneh!

Tetapi saya tidak akan mempermasalahkannya dalam hal ini. Saya hanya akan membuktikan ketidak benaran omongannya bahwa ucapan Khalifa Umar itu hanya ia ucapkan sekali saja dan dalam kasus semata wayang!

Dan karena Ibnu Taymiah mengatakan ucapan itu tidak diketahui dikatakan Umar, kecuali dalam satu kasus saja, maka untuk menghemat ruang dan tenaga, saya hanya akan menyebutkan dua kasus saja, walaupun sebenarnya terdapat puluhan kasus sehingga ucapan itu menjadi sedikian masyhur dari Khalifah Umar.

Kasus Pertama, Abu Daud dalam kitab Shahihnya, [1]dari Ibnu Abbas ra: Ada seorang wanita gila berzina, setelah tertangkap dan terbukti bersalah, Umar bermusyawarah, sanksi apa yang harus dikenakan ke atasnya, kemudian Umar menginstruksikan agar wanita itu dirajam, ketika sanksi hendak dilaksanakan, Imam Ali as. melihat kerumunan masa, lalu beliau bertanya, “Ada apa ini?” mereka menjawab, “Wanita gila dari suku fulan berzina dan Umar memerintahkan agar ia dirajam.” Imam Ali as. berkata, “Lepaskan dan pulangkan ia”. Lalu Imam Ali as. datang menjumpai Umar dan berkata, “Tidakkah kamu tahu bahwa sanksi hukuman tidak berlaku (dicabut) dari tiga golongan manusia, orang gila sehingga ia waras, orang yang sedang tidur sehingga ia terjaga dan anak kecil sehingga ia baligh dan berakal?” Umar menjawab, “Ya, saya tahu.” Jangan-jangan wanita ini adalah wanita gila[2] bani fulan, ia berzina ketika sedang datang gilanya. Maka Umar berkata:

لَوْ لاَ علِي لَهَلكَ عُمَرُ.

“Andai bukan karena Ali pasti celakalh Umar!”Cuplikan kejadian ini juga diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahih-nya, Kitabul Muharibin, bab la yurjamu Al majnun wa Al majnunah, Imam Ahmad dalam Musnad-nya,1/140 dan 154, Al Dârulquthni dalam Sunan-nya, kitabul hudud: 346, Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul-nya,3/95, Al Munnawi dalam Faidlul Qadir-nya,4/356.

Al Asqallani dalam Fathu Bari,15/131, menjelaskan bahwa kejadian itu diriwayatkan dari banyak jalur dengan redaksi yang sedikit berbeda-beda.Kasus Kedua, Abdurazzaq, Abdu ibn Humaid, Ibnu al Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Al Baihaqi, Muhibbuddin, Al Muttaqi al Hindi, ath Thabari dan Ibnu Abdilbarr meriwayatkan bahwa ada seorang wanita melahirkan bayinya setelah enam bulan melangsungkan pernikahannya, maka Umar hendak merajamnya (dengan anggapan bahwa kehamilannya adalah hasil perzinahan sebelum menikah), setelah ditegur Imam Ali as, beliau membatalkan keputusannya untuk merajamnya dan ia berkata:

لَوْ لاَ علِي لَهَلكَ عُمَرُ.

“Andai bukan karena Ali pasti celakalh Umar!” [3] Seperti telah saya katakan bahwa banyak kasus lain di mana Khlaifah Umar berkomentar tentang bantuan Imam Ali ra. dengan beragam redaksi seperti: ‘Semoga aku tidak dibiarkan setelahmu hai Ali’,Semoga aku tidak dibiarkan menghadapi permasalah pelik tanpamu hai Ali’, semoga akun tidak berada di sebuah kota yang engkau tidak ada di situ’ dll.Dengan demikian Anda dapat tambahkan kebohongan Anak Taymiah ini ke dalam daftar panjang kebohongannya! Atau dalam daftar kebodohannya!

Selamat atas kaum Wahabi dan antek-antek mereka yang bermakmum kepada Syeikhul Islam yang gemar berbohong dan mengobral kebodohan!

____________________________

[1] “Shahih Abu Dawud”: 28/148, bab Al Majnun Yasriq aw Yushib Haddan.

[2] Yang dimaksud dengan “wanita gila”, adalah wanita yang mengidap penyakit jiwa, terkadang sembuh dan kadang-kadang datang gangguan tersebut dan sangat dimungkinkan bahwa ia berzina ketika gangguan itu datang kepadanya. Demikian ditegaskan dalam riwayat Al Munnawi.

[3] Ar Riyâdh an Nadhirah:,2/194 dan al Istî’âb,3/1103.


9 Responses to “Ibnu Taymiah: Tentang Ucapan Umar ‘Andai Bukan Karena Ali, Pasti Umar Celaka’”

  1. Salam ‘alaikum.
    1.) Dalam buku “Dua Pusaka Nabi: Al-Quran & Ahlul-Bait” karya Ustadz Ali Umar Al-Habsyi, kasus kedua dalam tulisan di atas (perempuan yg melahirkan pada umur kehamilan 6 bulan) terjadi pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (bukan pada masa Umar), sedangkan tulisan di atas menyebut peristiwa tsb terjadi pada masa Umar. Manakah yg tepat? Mohon konfirmasinya.
    2.) Mohon bisa disebutkan juga kitab2 rujukan utk redaksi2 lain yg diucapkan Umar ketika berkomentar thd bantuan Imam Ali a.s.
    3.) Keterangan tentang Penulis di bagian “About Me” hanya berisi nama; itu terlalu sedikit. Bisakah dilengkapi dengan riwayat belajar/pendidikan, buku2 / tulisan2 yg pernah diterbitkan, & alamat e-mail Penulis?
    Terima kasih atas bantuan infonya.
    Salam ‘alaikum.

    **********************
    -Jawaban Kami-

    Waalaikum salam.

    Syukran atas masukan dan pertanyaannya.

    Tentang Dalam buku “Dua Pusaka Nabi: Al-Quran & Ahlul-Bait” karya Ustadz Ali Umar Al-Habsyi, kasus kedua dalam tulisan di atas (perempuan yg melahirkan pada umur kehamilan 6 bulan) terjadi pada masa pemerintahan Utsman bin Affan (bukan pada masa Umar), sedangkan tulisan di atas menyebut peristiwa tsb terjadi pada masa Umar. Manakah yg tepat? Mohon konfirmasinya.”

    memang para ulama menyebutkan dua versi riwayat tentang kasus di atas, sekali dialami oleh Khalifah Umar dan sekali lagi oleh Khalifah Utsman. Bisa jadi kedua Khalifah kita itu mengalami kasus serupa. kendati Khalifah Umar telah ditegur dan diluruskan, bisa jadi Khalfah Utsman mengulanginya lagi, karena tidak mengetahuinya atau tidak mengingatknya ketika mengambil keputusan tersebut. Wallahu a’lam.

    Terima kasih.

  2. Salam ‘alaikum.
    Terima kasih atas infonya.
    Yang dijawab baru pertanyaan saya yg no. 1; Permintaan saya yg di no. 2 & 3, gimana tanggapan dari Penulis? :-) Bisa mohooon ditanggapi? Ditunggu ya.
    Terima kasih & Salam ‘alaikum.

  3. Jawaban untuk mas Badari.

    Semoga aku tidak dibarkan menghadapi permasalah pelik tanpamu hai Ali’ (Mustadrak,1/457 dari Abu Said dan Kanzul Umal,3/179 dari Ibnu Abbas ra. dari riwayat Abu Thalib ibn Ahmad al Katib ) semoga aku tidak berada di sebuah kota yang engkau tidak ada di situ. (Kanzul Umal,3/179)

    Semoga aku tidak dibarkan menghadapi permasalah pelik tanpamu hai Ali (Nur al Bashar,:171, Fathul Bari,17/105)

    Ma’af, mungkin kurang lengkap. insyaallah dalam waktu lain kalau saya bisa lengkapi.

    Wassalam.

  4. Saya ndak percaya mas dongengan orang-orang Syi’ah. Sayyidina Umar ra. tidak sebodoh itu. Beliau adalah paling pandainya sahabat Nabi setelah pendahulunya Sayyidina Abu bakar. Berapa banyak Allah menurunkan ayat-ayat al Qur’an setelah Sayyidina Umar mengeluarkan pendapat jitunya. itu disebut muwafaqat Umar. Nabi bersabda bahwa Allah telah memberjalankan kebenaran pada lisan Umar.
    Jadi Ibnu Taimiah tidak boleh disalahkan ketika beliau meragukannya. Belioau memang ahlinya dalam meneliti hadis ndak seperti kita.

    *****************************
    -Jawaban Kami-

    Salam mas Ipung Salafi.

    Sikap seorang Muslim haruslah didasarkan standar ilmiah. Kalau mau tolak sebuah data ya monggo saja, tapi ya harus didasarkan bukti ilmiah. Rujuknya Khalifah Umar kepada Imam Ali as. bukan hal samar bagi para ulama Ahlusunnah, walaupun berat rasanya bagi pemuja Ibnu Taymiah dan kaum pembenci Ahlulbait mengakuinya. Kalau Anda menolaknya, ya ndak apa-apa, toh para ulama besar Ahlusunah mengakuinya. Ia bukan dongen orang-orang Syi’ah, mas!

    Adapun klaim Anda bahwa Umar lebih pandai dari Imam Ali as., boleh-boleh aja, sepertinya Anda benar-benar bertaqlid kepada Ibnu Taymiah dalam masalah ini. Tetapi sayangnya Ibnu Taymiah hanya bisa mengklaim tanpa mampu membawakan bukti walau hanya satu aja. Anda saya persilahkan memperhatikan Minhaj as Sunnah-nya Ibnu Taymiah, syeikh Islam Anda itu.

    Saya tunggu komentar ilmiahnya mas Ipung.

    Wassalam.

  5. Nice post, everytime I read blog about Ibn Taymiah, the writer tends to uprising him, it’s a lie upon a lie.

    I read the same article in alKisah

    **********************
    -Jawaban Kami-

    Salam muhibbin,

    It’s better if your comment in bahasa indonesia, like your other comment b4. so other reader can understand it!
    thankyou

  6. Saya menggaris bawahi pendapat mas Ipung Salafi yang menyatakan Umar paling pandai diantara para sahabat Nabi dan banyak ayat alQuran yang turun setelah Umar menyatakan pendapat jitunya. Kesan saya : Umar seolah lebih pandai dari Nabi. Lebih jauh lagi seolah-olah Tuhan salah dalam memilih Nabi ! Kasarnya Umarlah yang lebih cocok jadi nabi !? Begitu ?

    Wah, wah mas Ipung piye toh ? Nabi Muhammad saaw itu manusia pilihan lho mas ! (Al Mustofa). Kedua orang tuanyapun termasuk orang2 yang terbaik pada zamannya. Sejak kecil ia selalu mendapat bimbingan dan penjagaan-Nya. Ia mendapat gelar Al Amin ketika kehidupan masyarakat masih diselimuti awan gelap Jahiliyyah dan ia sering berhalwat ke gua Hiro untuk beribadah dan mensucikan diri serta kemudian diangkat jadi Nabi ketika Umar dkk masih menyembah berhala, berzina, berfoya-foya, minum khomer dan mengubur anak permpuannya hidup2 !

    Seorang nabi itu benar-benar harus manusia pilihan dan yang terbaik dari manusia lainnya. Ya fisiknya, ya akhlaknya, ya intelektualnya, ya ibadahnya dll. Pokoknya dia harus seorang yang sempurna/paripurna (Insan Kamil). Pendeknya sejak dari “hulu” sampai ke “hilirnya” ia harus benar2 suci dan sempurna / tidak cacat.

    Kenapa begitu dan untuk apa ? Karena ia akan berhubungan dengan Yang Maha Suci dan Yang Maha Sempurna ! Dan ia akan menerima sesuatu yang berbobot berat, yaitu wahyu/firman Allah. Seorang yang mantan pendosa, apalagi yang sedang berdosa tidak akan mungkin mampu berhubungan dengan Yang Maha Suci.

    Coba mas renungkan, tidak mudah kan menjadi seorang Nabi ?
    Lantas bagaimana mungkin sih Umar yang berlatar belakang seperti itu tiba-tiba bisa dikatakan sebagai orang yang lebih pandai dari Nabi ? dan ketika masuk Islam sudah berumur cukup tua ? Dan bagaimana mungkin Umar yang sehari-harinya lebih banyak berdagang di pasar bisa lebih memahami agama ketimbang para sahabat yang lainnya ? Engga mungkin kan ?

    Kalau anda ketemu riwayat2 yang mengunggulkan Umar atau Abu Bakar ketimbang Nabi, itu pasti dongeng, karena bertentangan dengan ayat2 AlQuran. Oleh karena itu kembalikan saja maknanya kepada ayat-ayat AlQuran. Atau cobalah baca buku2 hadis yang ditulis oleh para ulama Ahlu Sunnah sendiri seperti Buhkori, Muslim, Musnad Ahmad, Al Mustadrak, Kanzul Umal dll insya Allah anda tidak akan menuduh atau menganggap fakta2 seperti diungkapkan oleh mas Zainal Abidin sebagai dongengan Syiah. Dan insya Allah anda akan menemukan Umar “yang sebenarnya” !

  7. Saya sangat bersimpati kepada Muslim Syi’ah. Bahkan saya saat ini saya ingin banyak membaca literatur2 Muslim Syi’ah. Banyak kebenaran yang saya tangkap dari literatur2 mereka.

    Namun begitu dalam diskusi seperti ini akan lebih bijak apabila kita tidak menulis cacian kepada para ‘ulama’ baik itu ‘ulama’ Muslim Syi’ah maupun Muslim Ahlusunnah. Meskipun di antara mereka memang terdapat perbedaan pendapat. Saya kira kita semua belum mampu untuk berbuat seperti mereka semua. Shalluu ‘alannaby!

    *******************
    -Jawaban Kami-

    Salam Pak Idin.
    Terima kasih atas sarannya.

  8. buat mas ipung salafi
    sebaiknya anda banyak baca tentang profil para sahabat nabi,.. tapi dengan niat kebenaran,.. Insyaallah ada jalan kebaikan

  9. saya hanya ingin berkomentar bahwa
    ana madinatul ilmi wa aliyyun babuha

    aku kota ilmu dan ali pintunya

    itu hadits rasul bukan saya yang mengucapkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.