Ibnu Taymiah Menolak Tafsir Nabi saw.! (1)

| |


Ibnu Taymiah Menolak Tafsir Nabi Saw (1)

Jarang Anda menemukan seorang yang bodoh dalam hampir segala bidang tetapi ia berani berbicara. Biasanya ketika seorang tidak mumpuni di disiplin ilmu tertentu, ia akan menahan diri dari melibatkan dalam membahas tentangnya.

Sebagimana jarang rasanya kita menjumpai seorang yang berani berbohong atas nama ilmu pengetahuan dan agama secara terang-terangan dengan seakan menantang zaman tanpa malu bahwa kebohongan dan kepalsuannya suatu saat akan terbongkar!

Tetapi untuk Syeikhul Islam yang satu ini, rupanya etika itu tidak diindahkan. Ia selalu melibatkan diri mendiskusikan materi-meteri ilmu yang ia buta tentangnya! Sehingga kita selalu menyaksikan kebodohannya demi kebodohan selalu ia pamerkan, tidak hanya pada disiplin ilmu tetentu, ilmu hadis, misalnya, tetapi pada hampir semua disiplin ilmu, tafsir, rijal, bahasa Arab, sejarah Islam, Filsafat dll. Dan ia tiada henti-hentinya berbohong dan membual atas nama kesucian agama dan ilmu pengetahuan!!

Apa yang saya katakana tidak hendak menfitnah atau menuduh sembarangan… tetapi bukti dan fakta nyata berbicara… buku-buku dan analisa demi analisa yang ia utarakan adalah sabaik-baik bukti, walaupun sekali lagi saya katakana, berat rasanya diakui para penyanjungnya!

Kali ini, saya akan mengajak Anda membuktikannya sendiri dengan melihat langsung komentar-komentar konyolnya seputar ayat perintah mencintai Ahlulbait Nabi as.

Ayat al Mawaddah dan Perintah Mencintai Ahlulbait

Allah SWT Firman Allah:

قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ المَوَدَّةَ فِيْ القُرْبَى وَ مَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيْها حُسْنًا، إنَّ اللهَ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ.

Katakanlah: “ Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada “Al Qurba”.Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengam pun Maha Mensyukuri (QS:42;23)

Ayat tersebut di atas telah ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah saw. selaku pribadi makshum yang ditugasi Allah SWT untuk menfsirkan Kalam suci-Nya… Hadis-hadis tafsiran beliau saw. telah dinukil para ulama dari berbagai jalur sahih.

Hadis-hadis sabda Nabi saw dalam masalah ini dapat diklasifikasikan dalam dua kategori:

Pertama, Riwayat yang menjelaskan bahwa ayat tersebut turun berkaitan dengan keluarga dekat Nabi saw., tanpa menyebut siapa saja mereka.

Kedua, Riwayat-riwayat yang menyebutkan nama-nama mereka yang disebut sebagai ‘Al Qurba’ dalam ayat tersebut.

Riwayat-riwayat Kelompok Pertama:

1) Rasulullah saw. bersabda:

إِنَّ اللهَ جَعَلَ أَجْرِيْ عليكُمْ المودَّةَ في أَهْلِ بيتِيْ، وَ إِنِّي سائِلُكُمْ عنهُمْ غَدًا.

Sesungguhnya Allah menjadikan upahku atas kalian adalah kecintaan kepada Ahlulbait-ku dan aku kelak benar-benar akan meminta pertanggung-jawaban kalian tentang mereka[1].

2) As Suyuthi dalam Al Durr Al Mantsûr[2] menyebutkan hadis riwayat Abu Nuaim dan Ad Dailami yang meriwayatkan dari jalur Mujahid dari Ibnu Abbas ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda tentang ayat:

قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا

Hendaknya kalian menjaga Ahlubait-ku dan mencintai mereka karena aku.

3) Abu Nu’aim meriwayatkan dengan sanad bersambung kepada Jabir ibn Abdullah, ia berkata:

جَاءَ أعْرَابِيٌّ إِلَى النبي (ص) فقال : يا محمدُ أَعْرِضْ عَلَيَّ الإسْلامَ! فقال: تَشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ و أنَّ محمدا عبْدُه و رَسولُهُ. قال: تَسْأَلُنِيْ عَلَيْهِ أجْرًا؟ قال: لاَ, إلاََّ الْمَوَدَّةَ فِيْ الْقُرْبَى. قال: قُرْبَايَ أَوْ قُرْبَاكَ؟ قال: قرْبَايَ. قال: هَاتِ, أُبَايِعْكَ، فَعَلَى مَنْ لاَ يُحِبُّكَ و لا يُحِبُّ قَرَابَتَكَ لَعْنَةُ اللهِ. قال (ص): آمِينْ

Datang seorang Arab baduwi menemu Nabi saw. Lalu berkata, ‘ Hai Muhammad sodorkan kepadaku Islam!’. Maka Nabi saw. bersabda, “Kamu bersaksi behwa tiada Tuhan selain Allah tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwasannya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah”. Ia berkata, “Apakah engkau meminta upah untuk ini?” Nabi saw. menjawab, “Tidak, kecuali kecintaan kepada al qurba; kelurga dekat”. Ia kembali bertanya, “Keluarga dekatku atau keluarga dekatmu?” Nabi menjawab, “Keluagra dekatku.” Orang itu berkata, “Kemarikan tanganmu, aku akan berbaiat kepadamu. Dan semoga laknat Allah atas orang yang tidak mencintaimu dan tidak mencintai keluargamu. Nabi saw. berkata, “Amiin”.[3]

4) Al Hakim al Hiskani[4] meriwayatkan dari Abu Umamah al Bahili sebuah riwayat panjang yang menyebutkan bahwa Nabi saw. berdalil dengan ayat ini untuk keluarga beliau, Nabi saw. besdabda:

قال رسول الله (ص): إن اللهَ خَلَق الأنْبِيَاءَ مِنْ أشْجَارٍ شَتَّى وَ خُلِقْتُ وَ عَلِيٌّ مِنْ شَجَرَةٍ وَاحِدَةٍ, فَأنَا أصْلُهَا وَعَلِيٌّ فَرْعُهَا وَ الْحَسَنُ والْحُسينُ ثِمَارُهَا وَ أَشْيَاعُنَا أوْرَاقُهَا، فَمَنْ تَعَلَّقَ بِغُصْنٍ مِنْ أغْصَانِهَا نَجَا، وَ مَنْ زَاغَ هَوَى. وَ لَوْ أنَّ عَبْدًا عَبَدَ اللهَ بَيْنَ الصَّفَا وَ الْمَرْوَةَ أَلْفَ عَامٍ ثُمَّ ألفَ عامٍ حَتَّى يَصِيْرُكَالشَّنِّ الْبَالِي ثُمَّ لَمْ يُدْرِكْ مَحَبَّتَنَا أَكَبَّهُ اللهُ عَلَى مِنْخَرَيْهِ فِي النارِ. ثم قرأ { قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ المَوَدَّةَ فِيْ القُرْبَى… }

Sesungguhnya Allah menciptakan para nabi dari berbagai pohon yang berbeda-beda, dan Dia menciptakan aku dan Ali dari satu pohon. Aku-lah aslinya (pangkalnya), Ali cabangnya, Hasan dan Husain adalah buahnya, para syi’ah kami adalah dedaunannya, maka barang siapa bergantung dengan salah satu cabangnya pasti ia selamat dan barang siapa menyimpang darinya pasti ia celaka. Andai seorang hamba menyembah Allah di antara Shafa dan Marwah selama seribu tahun sampai ia menjadi seperti batang yang lapuk kemudian ia tidak mencintai kami Ahlulbait pastilah Allah akan menjungkirkannya di atas hidungnya ke dalam api neraka. Kemudian (kata perawi) Nabi saw. membaca ayat:

قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ المَوَدَّةَ فِيْ القُرْبَى

Katakanlah: “ Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada Al Qurba”. (QS:42;23)

Riwayat Kelompok Kedua:

Adapun riwayat-riwayat kelompok kedua yang menyatakan dengan tegas bahwa ayat tersebut turun untuk Imam Ali, Fatimah, Al Hasan dan Al Husain as. Sangat banyak dan sebagian besar darinya berstatus sahih.

Riwayat-riwayat tersebut menafsirkan riwayat-riwayat kelompok pertama dan sekaligus menafsirkan ayat itu secara langsung oleb Nabi saw.

Teks Riwayat:

Para ulama meriwayatkan dari jalur Husain al Asyqar dari Qaus ibn Rabii’ dari Al A’masy dari Said ibn Jubair dari Ibnu Abbas ra. ia berkata, “Ketika turun ayat:

قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ المَوَدَّةَ فِيْ القُرْبَى

para sahabat Nabi bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah keluargamu yang wajib atas kita untuk mencintai mereka? Nabi saw. menjawab,

عليٌّ و فاطمَةُ و ابْناهُما

Ali, Fatimah dan kedua putra mereka.[5]

Riwayat ini dimuat oleh hanyak ahli tafsir dan penulis fadha’il dalam buku-buku mereka sebagai bukti bahwa ayat tersebut turun utuk Ahlulbait as..

Tidak kurang dari empat puluh lima tokoh penting meriwayatkannya dan menjadikannya sebagai dalil penafsiran bil ma’tsur ayat ini, antara lain:

1. A Suyuthi dalam Al Durr Al Mantsûr,7/348, Alikliil:190 dan Ihya’ Al Mait:31, hadis 2.

2. An Nasafi dalam tafsimya,4/105.

3. Az Zamakhsyari dalam Al Kasysyâf, 3/467.

4. Ath Thabarî dalam Jâmi’ Al Bayân, 24/16.

5. Al Fakhru Ar Razi dalam Mafâtih Al Ghaib, 27/166.

6. Ibnu Hajar Al Haitami dalam As Shawâiq: 170.

7. Ibnu Hajar Al Asqallâni dalam Fath Al Barî, l8/188.

8. Kamaluddin Ibnu Talhah dalam Mathalib Al Sû l:8.

9. Muhibbuddin Ath Thabari dalam Dzakhair Al ‘Uqbâ: 25.

10. Al Hamawaini dalam Kifayat al Khisham: 96.

11. Abu Hayyan dalam Al Bahr al Muhith,7/517.

12. Nidhamuddin An Nisaburi dalam tafsirnya yang dicetak dipinggir tafsir Ath Thabari, 25/31.

13. Ibnu Katsir dalam tafsimya,4/112.

14. Syekh Yusuf An Nahhani dalam dua bukunya; Al Arba’in dan Asy Syaraf Al Muabbad:146.

15. Al Baidhawi dalam tafsimya,4/123.

16. Al allamah Alwi ibn Thahir Al Haddad dalam Al Qaul al Fashl,1/474.

17. Ibnu Ash Shabbagh dalam Al Fushûl al Muhimmah:12.

18. Al Hafidz, Al Kinji dalam Kifayat Ath Thalib:31.

19. Al Hafidz Al Qasthaliani dalam Al Mawahib al Laduniyah, dan syarahnya oleh Al Zarqani,7/3 dan 21.

20. Tafsir Al Khazin,4/94.

Di samping nama-nama yang telah saya sebutakan di atas masih banyak lagi ulama yang meriwayatkan hadis ini dalam buku-buku mereka, sengaja saya tinggal kan karena saya yakin nama-nama tersebut di atas cukup mewakili.

Ibnu Taymiah Angkat Bicara!

Ketika menanggapai ucapan Allamah al Hilli yang mengatakan bahwa ayat al mawaddah di atas turun untuk Ahlulbait as., Ibnu Taymiah membantahnya dengan mengatakan:

فَأما قولُهُ: و أنزل اللهُ فيهِمْ { قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ المَوَدَّةَ فِيْ القُرْبَى} فهذا كِذْبٌ، فَإنَ هذهِ الآيَةَ في سورة الشورى، و سورة الشورى مكِيَّةٌ بلا ريبٍ نزلتْ قبلَ أنْ يتزوَّجَ عليٌّ بفاطِمَةَ رضي اللهُ عنهُما و قبل أَنْ يُولَدَ لَهُ الحسنُ و الحسينُ

Adapun ucapannya bahwa Allah menurunkan untuk mereka ayat:

قُلْ لاَ أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلاَّ المَوَدَّةَ فِيْ القُرْبَى

Katakanlah: “ Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang kepada Al Qurba”. (QS:42;23), maka ini adalah kebohongan, Sebab ayat ini terdapat di dalam Surah asy Syûra, dan Surah asy Syûra itu tidak diragukan adalah Makkiyah, ia turun sebelum Ali menikah dengan Fatimah ra.dan sebelum Ali dikaruniai Hasan dan Husain… .”[6]

Kemudian menyebutkan hadis riwyat di atas, dan membohongkannya:

وَ قدْ ذكر طائفَةٌ من المُ صَنَّفينَ مِنَ أهلِ السنَّةِ و الجماعَةِ الشيعة مِن أصحاب أحمد و غيرِهِمْ حديثًا عن النبي صلى الله عليه (و آلِهِ) و سلم أنَ هذِهِ الآيةَ لَمَّا نزلتْ قالوا: يا رسولَ اللهِ، مَنْ هؤلاء؟ قال: عَلِيٌّ و فاطمة و ابناهُما. و هذا كذبٌ بِإتفاقِ أهل المعرفَةِ بِالْحَدِيْثِ. و مِمَّا يُبَيِّنُ ذلِكَ أنَّ هذه الآيةَ نزلتْ بِمكةَ بإتفاقِ أهلِ العلمِ، فِإِنَّ سورة الشورى جميعَها مكيَّةٌ، بل جميع آل حميم كُلُّهنَّ مكياتٌ

Dan sekelompok pengarang dari Ahlusunnah wal Jam’ah dan Syi’ah dari murid-murid Ahmad dan lainya telah menyebutkan hadis dari Nabi saw. bahwa ketika ayat ini turun, mereka (para sahabat) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah keluargamu yang wajib atas kita untuk mencintai mereka? Nabi saw. menjawab:

عليٌّ و فاطمَةُ و ابْناهُما

Ali, Fatimah dan kedua putra mereka.

Dan ini (periwayatan hadis tersebut) adalah kebohongan/kepalsuan berdasarkan kesepakatan ulama ahli hadis. Dan yang menerangkan hal itu (kepalsuannya) ialah bahwa ayat ini turun di Makkah berdasarkan kesepakatan ulama, ahli ilmu bahkan seluruh ayat dalam Surah asy Syurâ adalah berstatus Makkiyah, bahkan seluruh rangkaian surah-surah Hâmîm adalah Makkiyyah… .”[7]

Kemudian ia mulai menyebutkan sejarah pernikahan Imam Ali dengan Sayidatuna fatimah dan tahun kelahiran Hasan danb Husain as, seakan ingin memamerkan bahwa ia juga mumpuni dalam disiplin sejarah Islam!

Dalam beberapa lembar sebelumnya, ia juga menegaskan anggapan bahwa Allah telah mewaijibkan atas umat Islam untuk mencintai Ahlulbait adalah salah. Ia berkata:

و هذا غَلَطٌ

Dan ucapannya (Al Hilli) bahwa Allah mewajibkan mecintai mereka adalah salah…[8

Lalu ia mulai menyebutkan alasan vonisnya itu, di antaranya ia berkata:

فِإِنَّ هذه الآيةَ مكيةٌ و لم يكنْ عليٌّ بعدُ قَدْ تزوجَ بفاطمةَ ولا وُلِدَ لَهُما أولادٌ

Karena sesungguhnya ayat itu adalah Makkiyah, dan Ali ketika itu belum menikah dengan Fatimah dan mereka berdua belum memiliki anak.

Tanggapan Atas Ibnu Taymaiyah

Demikianlah telah Anda baca langsung komentar Ibnu Taymiah dalam menolak tafsiran ayat perintah kecintaan kepada Ahlulbait as…. senjata andalannya adalah klaim-klaim ittifâq, kesepakatan yang ia sandarkan kepada para ulama’, sementara smua bukti selalu mempermalukannya dalam klaim-klaim tersebut. Sepertinya, Ibnu taymiah dengan ucapannya itu hanya memamerkan kelemahannya dalam penguasaan ilmu hadis dan Sunnah Nabi saw. dan unjuk kebodohan serta sekaligus bukti sikap subyektifnya dalam menyikapi hadis-hadis sabda Nabi suci tentang Ahlulbait as…

Bukankah nama-nama tokoh terkemuka yang saya sebutkan sebelumnya sudah cukup sebagai bukti kebohongan peryataan Ibnu Taimiyah di atas? Ataukah justru tokoh-tokoh penting tersebut tidak dianggap olehnya sebagai ulama yang mengerti hadis dan hanya dia seorang yang berhak diberi gelar sebagai Ahli ilmu-ilmu keislaman dan “Syeikhul Islam”?!

Dan siapa yang memperhatikan dan meneliti klaim-klaim dan vonis-vonis Ibnu Taimiyah-khususnya dalam Minhaj Sunnah-nya- dalam menolak hadis-hadis sahih maka ia tidak akan heran dengan sikap bodohnya itu!

Dan sekarang mari kita teliti hadis yang kata Ibnu Taymiah adalah kidzbun, kepalsuan dan kebohongan berdasar kesepakatan para ulama itu!

Dalam ucapan Ibnu Taymiah di atas terdapat banyak kepalsuan dan kebodohan:

Pertama, Klaim bahwa hadis itu adalah palsu berdasarkan kesepakatan ulama ahli hadis.

Kedua, Ayat al Mawaddah adalah Makkiyah.

Ketiga, Para bersepakat tentang status Makkiyahnya ayat al Mawaddah.

Keempat, Seluruh ayat dalam Surah asy Sûrâ adalah Makkiyah.

Dan untuk menghemat waktu Anda, mari kita langsung menyoroti setiap kliam Ibnu Taymiah di atas.

Kualitas Hadis Tafsir Ayat al Mawaddah

Terdapat beberapa ulama yang alergi terhadap berabagai keutamaan Ali as. dan Ahlulbiat as. mereka gemar mencari-cari alasan atau membuat-buat cela yang dengannya mereka dapat menggugurkan setiap hadis keutamaan tersebut, seperti Ibnu Katsir dkk. Kendati demikian mereka tidak membawa-bawa nama ijmâ’ dan kesepakatan ulama’, seperti yang sering dilakukan Ibnu Taymiah. hadis di atas adalah salah satu hadis yang menjadi incaran mereka itu. Seribu satu alasan akan dilahirkan untuk menggugurkannya! Dari mulai anggapan bertentangan dengan hadis Shahih sampai tuduhan terhadap periwayatnya sebagai Syi’ah misalnya. Semua itu dilakukan agar hadis keutamaan Ahlulbait as. dapat digugurkan!!

Perhatikan komentar sebagian mereka di bawah ini:

Ibnu Hajar Al Asqal ani dalam Fath Al Barî[9] setelah menyebutkan hadis tersebut berkomentar:

إسْنادُهُ ضَعِيْفٌ وَ هُوَ ساقِطٌ لِمُخالَفَتِهِ هذا الحَدِيْثَ الصَحِيحَ.

Sanadnya lemah dan ia jatuh (gugur) sebab bertentangan dengan hadis yang shahih ini.” (Maksudnya hadis Bukhari).

Alasan adanya pertentangan dengan hadis sahih ini juga yang disampaikan Ibnu Taymiah.

Ibnu Hajar Al Haitami dalam Al Shawâiq[10] mengomentari hadis tersebut, ia berkata:

وَ في سَنَدِهِ شِيْعِيٌّ غالٍ لَكِنَّهُ صَدُوْقٌ.

Pada sanadnya terdapat seorang Syi’ah Ekstrim, akan tetapi ia jujur.

Ibnu Katsir juga memberikan komentar serupa, ia berkata, “Ini adalah sanad yang dha’if, di dalamnya terdapat perawi yang mubham; samar tidak dikenal dari seorang parawi Syi’ah keterlaluan yaitu Husain al Asyqar, maka berita (hadis riwayat)nya tidak dapat diterima dalam hal ini.”[11]

1.Jadi dari keterangan keberatan mereka dapat disimpulkan bahwa hadis ini harus digugurkan dengan dua alasan: Bertentanngan dengan hadis Bukhari dan Ibnu Abbas.

2.Pada mata rantai para perawinya terdapat seorang Syi’ah bernama Husain Al Asyqar.

Tanggapan Kami:

Melihat penolakan terhadap hadis sahih di atas yang dilakukan beberapa ulama tanpa didasari dalil yang akurat, maka saya merasa perlu menjelaskan permasalahan ini sehingga tersingkap tirai yang menghalangi kebenaran bagi kita semua.

Menyoroti Alasan Pertama

Dasar alasan mereka yang pertama itu tidak benar, karena telah kita simak bersama, justru riwayat Bukharilah yang pada sanadnya terdapat perawi-perawi dha’if, lemah. Jadi riwayat Bukharilah yang seharusnya ditinggalkan dan tidak dapat kita jadikan hujjah bukan riwayat sahih di atas.

Selain itu, Anda dapat merasakan bahwa ada kerancuan metodologis dalam penelitian mereka itu, di mana mereka menghadapkan hadis sabda suci Rasulullah saw. dengan ucapan dan pendapat seorang sahabat dan atau tabi’in, kemudiian mereka melakukan uji banding antara keduanya! Hal mana yang seharusnya mereka lakukan ialah melukukan studi perbandingan kualitas antara dua hadis Nabi saw., kemudian disimpulkan mana yang sahih dan mana yang dha’if.

Dan apabila kita membandingkan antara sabda suci Nabi saw. dengan ucapan selain Nabi saw. pastilah ini sebuah kesalahan metodologi dan kerancuan cara berfikir yang perlu diluruskan secara mendasar.

Riwayat Bukhari yang dimaksud Ibnu Hajar adalah apa yang telah saya sebutkan di awal pembahasan ketika menyebut pendapat pertama, ia tidak lebih hanyalah ucapan Ibnu Abbas ra.!

Andai benar riwayat yang sedang saya sebutkan itu lemah dan tidak dapat tegak sebagai hujjah, dan andai benar bahwa tidak ada satu riwayat pun dari Nabi saw. yang menafsirkan ayat ini, maka itu tidak berarti dengan serta merta pendapat Ibnu Abbas-lah yang benar, dan penafsiran ayat ini dengan keharusan mencintai Ahlulbait as. menjadi gugur.

Di sini, pendapat Ibnu Abbas[12] justru harus diuji kualitasnya dengan melakukan studi banding dengan pendapat para sahabat lain dan para tabi’in. Jadi pendapat sahabat dihadapkan kepada pendapat sahabat lain! Lalu dilakukan uji kualitas. Dan di bawah nanti akan saya sebutkan penafsiran para pembesar sahabat tentang ayat ini sehingga Anda dapat membandingkannya dengan riwayat Ibnu Abbas ra. dan setelah itu kesimpulannya saya serahkan kepada Anda.

___________________________

[1] Dzakhâir al ‘Uqbâ:25 dan al Shawaiq:171.

[2] Al Durr Al Mantsûr,7/347-348.

[3] Hilyah al Awliyâ’.3,201.

[4] Syawâhid at Tanzîl.2,141-142 hadis no.837.

[5] Hadis di atas diriwayatkan oleh Ulama ‘Ahlusunnah, di antaranya Ahmad, Al Thabarani, Al Hakim, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Murdawaih, Ibnu Al Mundzir dan Al Thabari

[6] Minhaj al Sunnah,2/250.

[7] Minhaj al Sunnah,2/250.

[8] Minhaj al Sunnah,2/118.

[9] Fath Al Bari,18/180.

[10] Al Shawaiq:170.

[11] Ibnu Katsir, Tafsir.4,112.

[12] Di sini perlu saya ingatkan lagi, bahwa apa yang mereka nisbatkan kepada Ibnu Abbas ra. tentang ayat ini tidaklah benar, akan tetapi karena mereka manganggapnya pendapat Ibnu Abbas ra. maka sebut saja pendapat itu pendapat Ibnu Abbas!


6 Responses to “Ibnu Taymiah Menolak Tafsir Nabi saw.! (1)”

  1. Setelah membaca hampir semua tulisan ‘inilah ibnu taymiyah’ beserta komentar2nya, kemudian saya berpikir: tokoh wahabi atau simpatisan ibnu taymiyah dipereteli habis, di I’rob, ditelanjangi tanpa tendeng aling2 berdasarkan data akurat bermuatkan argumentasi ilmiah yang sementara ini belum terbantahkan secara serius n berbobot pula. Padahal kalau orang wahabi/simpatisan ibnu taymiah Becus bin Genah n serius saat membaca tulisan ‘inilah ibnu taymiyah’ Harusnya mereka siapkan tulisan/jawaban serius lagi upaya mempertahankan tokohnya ‘syekhul islam’, atau kalo g mampu, bawa problem figur ini ke forum pusat kajian wahabi..! tapi apa ada kajian dalam wahabi..??bukankah dalam kajian barometer kebenaranya nalar, dapatkah disebut kajian kalo nalarnya tumpul bahkan ada upaya ditumpulkan…atau…..atau…Capee ..Deechh…Gimana bisa nulis serius ilmiah n berbobot…laah tokohnya GLETEK seperti itu, Besar karena dibesarkan Bukan besar sejatinya, assye min ma’danihi laa yustagrob!. Assatagfirullah Ummat seperti apa kalo anak TAImi’ah di jadikan Syekhul islam..??

    *******************
    -Jawaban Kami-

    Salam bang Salim.
    Anda benar sekali, tulisan-tulisan di sini belum pernah dibantah seraca serius oleh mereka.
    Semoga ke depan mereka mau berdiskusi di sini. kita nanti aja.

  2. bang salim tanya, coba q komentari..
    Assatagfirullah Ummat seperti apa kalo anak TAImi’ah di jadikan Syekhul islam..??
    Wahabi Arab Saudi adalah prototype ummat bentukan seperti ini, membudak, mengekor pada kolonialis-imperialis Amerika. Kalian wahabi di manapun,, bersikaplah cerdas jangan gadaikan persatuan ummat demi kepicikan faham sectarian konyol, tbc (takhayul, bid’ah, khurofat) persi siapa? Siapkah anda akan berbenturan dengan ummat yg lebih besar dan cerdas!!dimana kesantunan dan etika da’wah kalian? Dahulukan dhon,syak daripada kepastian bahwa haram darah bagi siapa yang bersahadat dls, ummat islam dibelahan bumi sudah semakin banyak yang cerdas. Siapa anda dan ajaran anda: musuh ditemani, teman di musuhi. kata salaf sebagai kedok dari kenyataan wahabi tidak laku di pasaran. Ummat islam laksana satu tubuh, Wahabi adalah Borok dalam ummat islam yang harus n lekas di amputasi sesegera mungkin.!!

  3. saya kutip ya boss buat di postingin sekalian di link ke situs ini,…biar banyak yg tahu,,,,

    ***********************
    -Jawaban Kami-

    Salam:
    Silahkan. Ahlan wa sahlan. Semoga Allah memberkahi kita semua. Amin.

  4. assalamu’alaikum akhi salim, sugeng dan pemilik blog…maaf apa akhi semua sering ngaji dan berkumpul dengan kelompok salafi atau wahabi?…seberapa lama akhi berkumpul dengan mereka…seberapa jauh akhi mengenal pemahaman mereka….seberapa jauh akhi menguji semua hujjah mereka sampai mengatakan seperti itu kepada mereka…sabar akhi…fatabayyuna…selidikilah dulu sebelum memvonis…saya sendiri adalah berasal dari kultur NU tapi saya tidak menganggap mereka musuh, mereka adalah saudara saya…saya juga sering mendengar pendapat mereka…tidak semuanya seperti itu mas…kepala dingin deh mas…

    ******************
    -Jawaban Kami-

    Akhi Dody:
    Yang kami kritik adalah pandangan Ibnu Taymiah, dan itu telah kami ambil langsung dari buku Minhaj As Sunnah-nya Ibnu Taymiah… kalau terbukti ada yang tidak akurat penukilan kami maka harap dikritik…
    kalau ada penyalah-artian atau memelesetkan maknanya mohon dikritik di sini.

  5. # salim Berkata:
    Agustus 8, 2007 at 3:45 am

    Setelah membaca hampir semua tulisan ‘inilah ibnu taymiyah’ beserta komentar2nya, kemudian saya berpikir: tokoh wahabi atau simpatisan ibnu taymiyah dipereteli habis, di I’rob, ditelanjangi tanpa tendeng aling2 berdasarkan data akurat bermuatkan argumentasi ilmiah yang sementara ini belum terbantahkan secara serius n berbobot pula. Padahal kalau orang wahabi/simpatisan ibnu taymiah Becus bin Genah n serius saat membaca tulisan ‘inilah ibnu taymiyah’ Harusnya mereka siapkan tulisan/jawaban serius lagi upaya mempertahankan tokohnya ‘syekhul islam’, atau kalo g mampu, bawa problem figur ini ke forum pusat kajian wahabi..! tapi apa ada kajian dalam wahabi..??bukankah dalam kajian barometer kebenaranya nalar, dapatkah disebut kajian kalo nalarnya tumpul bahkan ada upaya ditumpulkan…atau…..atau…Capee ..Deechh…Gimana bisa nulis serius ilmiah n berbobot…laah tokohnya GLETEK seperti itu, Besar karena dibesarkan Bukan besar sejatinya, assye min ma’danihi laa yustagrob!. Assatagfirullah Ummat seperti apa kalo anak TAImi’ah di jadikan Syekhul islam..??

    Salam bang Salim.
    Anda benar sekali, tulisan2 di sini belum pernah dibantah seraca serius oleh mereka.
    Semoga ke depan mereka mau berdiskusi di sini. kita nanti aja.

    # sugeng Berkata:
    Agustus 11, 2007 at 5:56 am

    bang salim tanya, coba q komentari..
    Assatagfirullah Ummat seperti apa kalo anak TAImi’ah di jadikan Syekhul islam..??
    Wahabi Arab Saudi adalah prototype ummat bentukan seperti ini, membudak, mengekor pada kolonialis-imperialis Amerika. Kalian wahabi di manapun,, bersikaplah cerdas jangan gadaikan persatuan ummat demi kepicikan faham sectarian konyol, tbc (takhayul, bid’ah, khurofat) persi siapa? Siapkah anda akan berbenturan dengan ummat yg lebih besar dan cerdas!!dimana kesantunan dan etika da’wah kalian? Dahulukan dhon,syak daripada kepastian bahwa haram darah bagi siapa yang bersahadat dls, ummat islam dibelahan bumi sudah semakin banyak yang cerdas. Siapa anda dan ajaran anda: musuh ditemani, teman di musuhi. kata salaf sebagai kedok dari kenyataan wahabi tidak laku di pasaran. Ummat islam laksana satu tubuh, Wahabi adalah Borok dalam ummat islam yang harus n lekas di amputasi sesegera mungkin.!!

    akhi zainal…mungkin saya salah juga dalam menilai akhi, coba nanti tak ceklagi..tapi penulisan saudara sugeng dan salim di atas menunjukkan bagaimana ketidaksukaan mereka kepada kaum salafi/wahabi..kata orang tak kenal maka tak sayang..orang ngga suka pete dan jengkol karena belum ngerasain aja..tapi ketika udah makan ketagihan deh…he,,he..afwan agak ngelindur dikit…saya sendiri alhamdulilllah segala puji bagi Allah ngga pilih2 n pilah2 kalo mau ngaji, di salafi okey, di NU tiap hari, di muhammadiyah juga saya tiap hari sholat bareng..jadi membuat saya bersikap netral ngga memusuhi golongan lain…

  6. Innalillahi wa inna ilaihi raajiun, daging seorang fuqaha’ itu beracun wahai akhi, apalagi ulama sekaliber Imam Taqiyuddin Ibnu Taimiyah, kalau antum mau salahkan kenapa hanya menghina Imam ini saja, lihat anak muridnya, Ibnu Katsir, AdzDzhahabi, Ibnu AbdilHadi, rahimahumulloh, apakah mereka juga sesat? silahkan antum lihat orang wahabi manakah yang pernah menulis buku hinaan terhadap Imam2 AhlulBait yang dua belas, atau berdoa menghina Imam ‘Ali dan keturunannya?, sungguh..antum menghancurkan usaha ishlah dan taqrib..Antum baca lagi kitabnya!!! dan tanya sama ustadz Wahabi yang antum kenalkalau nggak paham, jangan dipahami sendiri, lihat syarahnya, jangan dipotong2….

    Kami Menjawab:
    Akhi Fillah -Hadanallahu wa iyyakum ila Sabilil Haq war rasyad-Apa yang salah dengan tulisan kami? Kami membongkar apa adanya apa yang ditulis Ibnu Taymiah dalam sikap sinisnya terhadap keluarga/Ahlul Bait Nabi saw., utamanya Imam Ali (Karramallahu Wajhahu)…

    Kalau pelecehan terhadap Imam Ali (Karramallahu Wajhahu) yang ditulis Ibnu Taymiah bukan contoh penghinaan, lalu kalimat seperti apa yang menurut anda penghinaan itu…. Tolong akhi anta baca beberapa artikel kami di sini, agar anta tahu siapa sebenarnya Ibnu Taymiah itu? Dan bagaimana sikapnya terhadap Imam Ali (Karramallahu Wajhahu).

    Taqrib antara madzhab-madzhab yang ada tidak berarti mendiamkan virus-virus fitnah dibiarkan mempengaruhi pikiran kaum awam bahkan sebagian santri dan ulama sekalipun!

    Murid-murid Ibnu Taymiah, seperti adz Dzahabi telah dengan lantang menyuarakan kecamannya atas gurunya sendiri! Taqiyuudin as Subki juga! Lalu apa anta kira para ulama, yang tidak sedikti jumlahnya yang mengecam Ibnu Taymiah itu didorong hawa nafsu?
    Wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.