Ayat Turun Untuk Imam Ali as. adalah Palsu!!

| |


Ayat Turun Untuk Imam Ali as. adalah Palsu!!

Ibnu Taymiah memiliki keberanian yang luar biasa dan tak tertandingi dalam menolak dan meremehkan setiap keutamaan Imam Ali as. dalam Alqur’an seperti diriwayatkan para pembesar ulama Ahlusunnah dalam buku-buku mereka. Betapa banyak sabahat, para perawi dan para ulama -baik langsung maupun tidak- yang ia tuduh telah berbohong! Tidak mungkin rasanya menyebutkan semua contoh keberanian itu, tetapi paling tidak beberapa darinya mesti kita sebutkan agar dapat dijadikan tolok ukur bagi kasus-kasus lainnya.

Ayat al-Wilayah

Allah SWT berfirman:

إِنمَّاَ وَلِيُّكُمُ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ الَّذِيْنَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَ يُؤْتُوْنَ الزَّكَاةَ وَ هُمْ رَاكِعُوْنَ * وَ مَنْ يَتَوَلَّ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ الَّذين آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْغَالِبُوْنَ . (المائدة 55-56

“Sesungguhnya wali kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk {kepada Allah}. Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut {agama} Allah itulah yang pasti menang. (QS:5;55-56)

Para ulama dan mufassir besar Ahlusunnah telah meriwayatkan tentang sebab turunnya ayat tersebut berkaitan dengan Imam Ali as. ketika beliau mensedekah cincinya kepada seorang pengemis di masjid Nabi saw.

Diriwayatkan oleh para ulama bahwa Abu Dzar al-Ghifari menceritakan di hadapan halayak yang sedang berkumpul mendengarkannya,“Aku telah mendengar Rasulullah saw. dengan kedua (telingaku) ini, (dan Abu Dzar menambahkan):…tulilah keduanya jika aku berdusta (kemudian katanya lagi) dan telah aku saksikan beliau dengan kedua mataku ini, dan butalah keduanya jika aku berdusta, “Sabda Rasulullah saw.: Ali adalah pemimpin kelompok orang-orang yang tulus, pejuang yang memerangi kaum kafir, jayalah siapa yang membantunya, hinalah siapa yang menelantarkan dukungan baginya!”

Dan Abu Dzar melanjutkan,” Suatu hari aku shalat bersama Rasulullah saw. maka masuklah ke masjid seorang pengemis dan tidak seorang pun memberinya sesuatu, pada saat itu Ali sedang shalat dalam keadaan ruku’ dan ia memberi isyarat dengan jari manisnya yang bercincin, lalu pengemis itu menghampirinya dan mengambil cincin itu dari jari Ali, Rasulullah menyaksikan hal itu dan beliau berdo’a dengan khusyu’nya kepada Allah, “Ya Allah sesungguhnya Musa telah memohon kepadamu:

Berkata Musa, “Ya Tuhan-ku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun; saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui (keadaan) kami”.(QS:20;25-35).

Maka Engkau telah mewahyukan kepadanya:

قد أُوْتِيْتَ سُؤْلَكَ يَا مُوْسَى ….

Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa.”

Dan aku, ya Allah –kata Rasulullah saw.- adalah hamba dan Nabi-Mu lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan jadikanlah untukku seorang wazir dari keluargaku; Ali, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku”. Abu Dzar berkata. ” Demi Allah, beliau belum sampai menyelasaikan ucapan (do’anya) melainkan Jibril al-Amin turun dengan membawa ayat ini”.

Hadis di atas dan penegasan bahwa ayat tersebut turun dalam kejadian itu, telah diriwayatkan oleh banyak ulama besar, para mufassir dan ahli hadis, di bawah ini akan kami sebutkan sebagian nama-nama mereka:

1. Al-Ghadhi Abu Abdillah bin Umar al-Madani al-Waqidi (W:207 H.) sebagaimana dikutip oleh Muhibbuddin al Thabari dalam Dzakhair al-Uqba-nya,102.

2. Al-Hafidz Abu Bakar Abdul Razzaq al-Shan’ani (W:211) sebagaimana disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir 2/71 dari jalur Abdul Wahhab bin Mujahid dari Ibnu Abbas.

3. Al-Hafidz Abu al-Hasan Utsman bin Abi Syaibah al-Kufi (W:239 H.) dalam tafsirnya.

4. Abu Ja’far al-Iskafi al-Mu’tazili (W:240 H.).

5. Al-Hafidz Abdu bin Humaid al-Kasyi (W:249H.) dalam tafsirnya sebagaimana disebut dalam tafsir al-Durr al-Mantsur.

6. Abu Said al-Asyaj al-Kufi (W:257 H.) dalam tafsirnya dari Abu Nu’aim Fadel bin Da’im dari Musa bin Qais al-Hadhrami dari Salamah bin Kuhail. Jalur ini sahih dan para perawinyan tisqah, terpercaya.

7. Al-Hafidz Abu Abdu Rahman al-Nasa’i al-Syafi’i dalam kitab Sunannya.

8. Ibnu Jarir al-Thabari (W:310 H.) dalam tafsirnya.6:186 dari beberapa jalur.

9. Ibnu Abi Haitm al-Razi (W:327 H.) sebagaimana dikutib dalam tafsir Ibnu Katsir, al-Durr al-Mantsur dan Lubab al-Nuqul karya al-Suyuthi dari jalur Abu Said al-Asyajj di atas.

10. Al-Hafidz Abu al-Qasim al-Thabarani (W:360 H.) dalam kitab Mu’jam al-Ausathnya.

11. Al-Hafidz Abu Syeikh Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad al-Anshari (W:369 H.) dalam kitab tafsirnya.

12. Al-Hafidz Abu Bakar al-Jashshash al-Razi (W:370 H.) dalam Ahkam al-Qur’annya.2,542 dari beberapa jalur.

13. Abu al-Hasan Ali bin Isa al-Rummani (W:384 H.) dalam tafsirnya.

14. Al-Hakim Ibnu al-Bayyi’ (W:405 H.) dalam kitab Ma’rifat Ushul al-Hadits, 102.

15. Al-Hafidz Abu Bakar Ibnu Mardawaih al-Ishbahani (W:416 H.) dari jalur Sufyan al-Tsauri dari Abu Sinan bin Said bin Sinan al-Barjani dari al-Dhahhak dari Ibnu Abbas. Jalur ini shahih dan para perawinya tsiqah ia juga meriwayatkan dari jalur lain yang ia katakana bahwa jalur ini tidak dapat dicacat dan ada jalur lain dari Ali as. Ammar dan Abi Rafi’ ra.

16. Abu Ishak al-Tsa’labi al-Nisaburi (W:427 atau 437 H.) dalam tafsirnya dari Abu Dzar seperti dalam riwayat di atas.

17. Al-Hafidz Abu Nu’aim al-Ishfahani (W:430 H.) dari Ammar, Abu Rafi’, Ibnu Abbas, Jabir bin Abdillah atau Salamah bin Kuhail.

18. Abu al-Hasan al-Mawardi al-Faqih al-Syafi’i (W: 450 H.) dalam tafsirnya.

19. Al-Hafidz Abu Bakar al-Baihaqi (W:458 H.) dalam kitabnya al-Mushannaf.

20. Al-Hafidz Abu Bakar al-Khatib al-Baghdadi al-Syafi’i (w: 463 H.) dalam kitab al-Muttafaqnya.

21. Abu al-Qasim Zainul Islam Abdul Karim bin Hawazin al-Nisaburi (W:465 H.) dalam tafsirnya.

22. Al-Hafidz Abu al-Hasan al-Wahidi al-Nisaburi (W:468 H.) dalam Asbab Nuzulnya,133 dari Jabir dan Ibnu Abbas.

23. Al-Faqih Ibnu al-Maghazili al-Syafi’i (W:483 H.) dalam kitab Manaqibnya dari lima jalur; dari Ibnu Abbas dan Imam Ali as., hadis nomer 354-358.

24. Abu Yusuf Abdus Salam bin Muhammad al-Qazwaini (W:488 H.) dalam karya besarnya tafsir al-Qur’an. Al-Dzahabi menyebutkan bahwa tafsir itu terdiri dari tiga ratus juz. Abu Yusuf adalah tokoh besar mazhab Mu’tazilah.

25. Al-Hafidz Abu al-Qasim al-Hakim al-Hiskani (W:490 H.) dari jalur Ibnu Abbas, Abu Dzar dan Abdullah bin Salam.

26. Al-Faqih Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-Kiya al-Thabari al-Syafi’i (W:504 H.) dalam tafsirnya, dan ia berdalil dengannya bahwa gerakan sedikit dalam shalat tidak membatalkannya dan shadaqah sunnah juga dapat disebut dengan zakat. Demikian dikutip oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya.

27. Al-Hafidz Abu Muhammad al-Farra’ al-Baghawi al-Syafi’i (W:516 H.) dalam tafsirnya Ma’alim al-Tanzil dicetak dipinggiran tafsir al-Khazin.2:67.

28. Abu Hasan Razin al-’Ahdari al-Andalusi (W:535 H.), disebutkan dalam kitab al-Jam’u Baina al-Shihah al-Sitta dari Shahih al-Nasa’i.

29. Al-Zamakhsyari al-Hanafi (W:538 H.) dalam tafsirnya al-Kasysyaf.1:624.

30. Al-Hafidz Abu Sa’ad al-Sam’ani al-Syafi’i (W:562 H.) dalam kitab Fadlail al-Shahabah dari Anas bin Malik.

31. Abu al-Fath al-Thanzi (lahir tahun 480 H.) dalam kitab al-Khashaish al-’Alawiyah dari Ibnu Abbas dan dalam kitab al-Ibanah dari Jabir bin Abdillah al-Anshari.

32. Al-Imam Abu Bakar bin Sa’adun al-Qurthubi (W:567 H.) dalam tafsirnya 6/221.

33. Al-Khawarizmi (W:568 H.) dalam kitab al-Manaqibnya.178 dari dua jalur, dan ia menyebutkan sya’ir Hassaan ibn Tsabit tentang hal ini.

34. Al-Hafidz Abu al-Qasim Ibnu ‘Asakir al-Dimasqi (W:571 H.) dalam kitabnya Tarikh al-Syam dari beberapa jalur.

35. Al-Hafidz Abu al-Faraj Ibnu Jauzi al-Hambali (W:591 H.) sebagaimana dikutib dalam kitab al-Riyadl al-Nadhirah.2,178 dan 208 dan Dzakhair al-Uqba,102.

36. Abu Abdillah Fakhruddin al-Razi al-Syafi’i (W:606 H.) dalam tafsirnya Mafatih al-Qhaib.3,431 dari Atha’ dari Abdullah bin Sallam, Ibnu Abbas dan Abu Dzar.

37. Abu al-Sa’adat Mubarak bin al-Atsir al-Syaibani al-Jazari al-Syafi’i (W:606 H.) dalam kitab Jami’ al-Ushulnya dari jalur al-Nasa’i.

38. Abu Salim Muhammad bin Thalhah al-Nashiibi al-Syafi’i (W:626 H.) dalam kitabnya Mathalib al-Suul dari riwayat Abu Dzar.

39. Abu al-Mudzaffar sibthu Ibnu Jauzi al-Hanafi (W:654 H.) dalam Tadzkirat al-Khawashnya,9 menukil dari al-Suddi, ‘Utbah dan Ghalib bin Abdillah. Ia menyebutkan bait sya’ir Haasaan.

40. Izzuddin Ibnu Abi al-Hadid al-Mu’tazili (W:655 H.) dalam kitabnya Syarh Nahj al-Balaghah.3,275.

41. Al-Hafidz Abu Abdillah al-Kinji al-Syafi’i (w: 658 H.) dalam Kifayah al-Thalibnya:106, dari Jabir bin Anas bin Mali. Ia juga memuat bait-bait sya’ir Hassaan ibn Tsabit. Dan dalam hal.122 dari jalur Ibnu ‘Asakir, al-Khawarizmi, Hafidz al-’Iraqain, Abu Nuaim Dan al-Ghadhi Abu al-Ma’ali.

42. Al-Ghadli Nashiruddin al-Baidhawi al-Syafi’i (W:685 H.) dalam tafsirnya 1/345, dan dalam Mathali’ al-Anwaar,477-479.

43. Al-Hafidz Abu al-Abbas Muhibbuddin al-Thabari al-Syafi’i (W;694 H.) dalam al-Riyadl al-Nadhirah.2,170 dan 208 dan Dzakhair al-Uqba.12 dari jalur al-Wahidi, al-Waqidi, Ibnu Jauzi dan al-Fudlaili.

44. Hafidz al-Din al-Nasafi (W:701 atau 710 H.) dalam tafsirnya,1/224.

45. Syeikhul Islam al-Hamwaini (W:722 H.) dalam Faraid al-Simthainnya dan ia menyebutkan bait-bait Syair Haasaan.

46. ‘Alauddin al-Khazim al-Baghdadi (W:741 H.) dalam tafsirnya juz, 2 hal, 67.

47. Syamsuddin Mahmud bin Abu al-Qasim Abdul Rahman al-Isfahani (W: 746 atau 749 H.) dalam kitab Tasyyiid al Qawaid l-’Aqaid fi Syarhi Tajrid al ‘Aqaaid, ia menyebutkan kesepakatan para mufassirin bahwa ayat ini turun untuk Ali bin Abi Thalib as.

48. Jamaluddin Muhammad bin Yusuf al-Zarandi (W:750 H.) dalam kitabnya Nadzmu Durar al-Simthain:86-88 dari Ammar dan Ibnu Abbas dalam bab khusus tentang ayat-ayat yang turun untuk Ali as. Ia juga menyebutkan bait-bait sya’ir Hassaan.

49. Abu Hayyan al-Andalusi (W:754 H.) dalam tafsir al-Bahrul al-Muhithnya 3/514.

50. Al-Hafidz Muhammad bin Ahmad bin Juzzi al-Kalbi (W:758 H.) dalam tafsir al-Tashilnya.1,181.

51. Al-Qadhi Al Iji al-Syafi’i (W:756 H.) dalam Mafaqifnya.:405.

52. Nidzamuddin al-Qummi al-Nisaburi dalam tafsirnya Gharaib al-Qur’an. 3,461.

53. Al-Tiftazani al-Syafi’i (W:791 H.) dalam Syarh al-Maqashid.2,288, ia juga menegaskan adanya kesepakatan para mufassir dalam masalah ini.

54. Al-Jurjani (W:816 H.) dalam Syarh al-Mawaqif.

55. Al-Qausyaji (W:879 H.) dalam Syarh al-Tajrid, ia juga mengakui adanya kesepakatan para mufassir dalam hal ini.

56. Ibnu al-Shabbaqh al-Makki al-Maliki (W:855 H.) dalam kitabnya al-Fushul al-Muhimmah hal. 123.

57. Jalaluddin al-Suyuthi dalam tafsirnya al-Durr al-Manstur.2,293 dari jalur al-Khatib, Abdul Razzaq, Abdu bin Humaid, Ibnu Jarir, Abu Syeikh, Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas. Dari jalur al-Thabarani, Ibnu Mardawaih dari Ammar bin Yasin. Dari jalur Abu Syeikh dan al-Thabarani dari Ali as. Dari jalur Ibnu Abi Hatim, Abu Syeikh, dan Ibnu ‘Asakir dari Salamah bin Kuhail. Dari jalur Ibnu Jarir dari Mujahid, al-Suddi dan Uthah bin Hakim. Dan dari jalur al-Thabrani, Ibnu Mardawaih dan Abu Nu’aim dari Abu Rafi’. Dan dalam kitab Lubab al-Nuquhnya hal. 93 dari jalur-jalur yang telah lewat, kemudian ia berkata, ” Dan ini adalah bukti-bukti yang saling mendukung”. Dan dalam kitab Jam’u al-Jawami’nya hal. 391 dari jalur al-Khatib dari Ibnu Abbas dan hal. 405 dari jalur Abu Syeikh dan Ibnu Mardawaih dari Ali as. Dalam kitab Iklilnya hal. 93, ia mengutip komentar Ibnu al-Furs bahwa ayat itu menunjukkan bahwa gerakan yang sedikit dalam shalat tidak membatalkannya dan shadaqah sunnah juga disebut zakat, karena sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan sedekah Imam Ali as. kepada seorang pengemis ketika beliau dalam keadaan ruku’.

58. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Haitami al-Anshari al-Syafi’i (W:974 H.) dalam kitab Shawaiqnya:41.

59. Al-Maula Hasan Jalbi dalam Syarh al-Mawaqif.

60. Al-Maula Mas’ud al-Syarwani dalam Syarh al-Mawaqif.

61. Al-Gadhi al-Syaukani (W:1250H) dalam tafsirnya Fath al-Qadir.2,53.

62. Al-Sayyid Mahmud al-Alusi al-Syafi’i (W:1270 H.) dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah hal. 212.

63. Al-Sayyid Muhammad Mu’min asy-Syablanji dalam Nur al-Abshar hal. 86-87 dari riwayat Abu Dzar diatas.

64. Syeikh Abdul Qadir bin Muhammad al-Sa’ud al-Kurdistani (W:2304 H.) dalam kitab Taqrib al-Maram.

65. Al-Shawi al-Maliki al-Khalwani (W:1241 H.) dalam Hasyiyah tafsir al-Jalalain,1/273.

66. Dll.

Setelah ini semua datanglah Ibnu Taymiah mengatakan::

وَقَدْ وَضَعَ بَعْضُ الكَذَّابِيْنَ حَدِيْثًا مُفْتَرًى: أَنَّ هذه الآيَةَ نَزَلَتْ فِيْ عليٍّ لَمَّا تَصَدَّقَ بِخاتَمِهِ في الصلاةِ، و هذا كِذْبٌ بِإِجماعِ أهِلِ العِلْمِ بالنقْلِ، كِذْبَُهُ بيِّنٌ مِنْ وُجوهٍ كَثِيْرَةٍ.

“Para pembohong telah memalsukan hadis buatan bahwa ayat انما وليكم الله …” turun untuk Ali ketika ia mensedekahkan cincinnya dalam shalat, itu adalah bohong/palsu berdasarkan kesepakatan para ulama dan Ahli Hadis, dan kebohongannya telah tampak dari banyak sisi.”[1]

Dalam kesempatan lain ia kembali mengatakan:

قولُهُ: قَجْ أجْمَعَوا أنَّها نزَلَتْ فيِ علِيٍّ مِنْ أَعْظَمِ الدَعاوِيْ الكاذِبَةِ، بَلْ أَجْمَعَ أهْلُ العلْمِ بالنقْلِ على أنَّها لَمْ تَنْزِلْ في علِيٍّ بخُصُوصِهِ، أنَّ عليًّا لِمْ يَتَصضدَقْ بِخاتَمِهِ في الصلاةِ، و أجمَعَأهْلُ العلْم بالحديثِ على أنَّ القصَّةَ الْمروِيَّةَ في ذلِكَ مِن الكذبِ الموضوعِ….

“Ucapannya bahwa ayat ini telah disepakati turun untuk Ali adalah paling dustanya pengakuan. Bahkan para ulama ahli hadis telah bersepakat bahwa ia tidak khusus turun untuk Ali, dan Ali tidak mensedekahkan cincinnya. Para ulama ahli hadis telah bersepakat bahwa kisah yang diriwayatkan tentang masala itu adalah kobohongan dan palsu….”[2]

Dari dua penyataan Ibnu Taymiah yang saya kutip di atas dapat dilihat bahwa:

Pertama, Telah tampak jelas bahwa Ibnu Taymiah tidak memiliki harga diri yang dapat mencegahnya dari berbohong!

Kedua, Jika ia bermaksud untuk menegakkan argument, -betapapun ia hadis yang lemah, atau mursal, atau bahkan palsu sekalipun- ia tidak segan-segam menisbatkannya kepada para ulama, atau menyebutnya begitu saja seakan sebuah hadis pasti. Sementara itu, jika hendak menolak sebuah hadis- betapapun ia sahih, dan diriwayatkan para ulama dan pembesar ahli tafsir, ahli fikih atau ahli hadis, seperti hadis sebab turun yang sedang kita kaji sekarang ini-, ya jika ia bermaksud menolaknya ia tidak malu-malu untuk mengatakannya, ‘Palsu!’ ‘Kebohongan belaka! Bahkan menisbatkannya kepadsa ijma’ para ahli hadis ! Para ulama, para pakar dan para imam ahli hadis telah bersepakat membohongkan dan menolak hadis itu atau hadis ini, dls.

Ketiga, Di antara para ulama yang meriwayatkan hadis di atas ada banyak ulama yang sering kali diandalkan Ibnu Taymiah dan diterima riwayat-riwayatnya! Jika mereka dalam pandangan Ibnu Taymiah adalah para pembohong (seperti yang ia katakan) bagaimana berhujja dengan riwayat mereka di tempat lain? Jika bukan pembohong, mengapa sekarang, dalam kesempatan ini ia mengatakan dengan terang-terangan bahwa mereka adalah kadzdzabûn, para pembohong! Pendusta dan pemalsu!

Dari sini jelaslah bagi kita siapa sejatinya Ibnu Taymiah, dan tidak salahlah para ulama Ahlusunnah yang mengatakannya sebagai hamba yang sesat yamng dihinakan Allah SWT.

Catatan:

Dan sebagai tambahan informasi tentang orang yang bersedekah yang dimaksud dalam ayat di atas, maka saya sebutkan beberapa riwayat tentannya sebagaiamana diriwayatkan para ahli hadis Ahlusunnah.

1. Abu Dzar al-Ghiffari (W:32H). Telah lewat pada awal kajian kita riwayat dan nama-nama buku yang memuatnya.

2. Al-Miqdad bin al-Aswad al-Kindi (lahir 37 tahun sebelum hijriah dan wafat tahun 33 setelah hijriah). Riwayat beliau disebutkan oleh al-Hakim al-hiskami dalam kitabnya Syawahid al-Tanzil juz 1 hal 171

3. Abu Rafi’ al-Qibthi, ia adalah salah seorang budak Rasulullah saw. (W:40H).

Penegasan beliau bahwa ayat wilayah turun untuk Imam Ali as. telah diriwayatkan oleh banyak ulama dan tokoh kenamaan di antaranya:

a. Al-Thabarani (W:360H) dalam Mu’jam al-Ausathnya, sebagaimana disebutkan oleh al-Suyuthi dalam al-Durr al-Mantsurnya: 3/106.

b. Al-Hafidz Ibnu Murdawaih {w. 416 H} dalam kitabnya al-Fadlail (al-Durr al-Mantsur: 3/106).

c. Al-Hafidz Abu Nu’aim (W:403H) dalam kitabnya Ma Nazala Min Al-qur’anFi Ali as. (al-Durr,3/106).

d. Al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanzul Ummalnya juz 7 hal 305.

e. Al-Suyuthi (W:911H) dalam kitabnya al-Dur al-Mantsur menukil dari al-Thabarani, Ibnu Murdawaih dan Abu Nu’aim.

4. Ammar bin Yasir (W:37H).

AthThabarani dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari Ammar ia berkata, “Ada seorang pengemis berdiri di dekat Ali ketika beliau sedang ruku’ dan shalat sunnah, lalu beliau mencopot (mencabut) cincinnya dan memberikannya kepada pengemis itu, maka datanglah Rasulullah saw. dan beliau diberitahu kejadian tersebut, lalu turunlah atas Nabi saw. ayat tersebut dan beliau membacakannya kepada para sahabatnya, kemudian bersabda (menjelaskan maksud ayat tersebut): Barang siapa yang aku sebagai pemimpinnya maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah bimbinglah orang yang menjadikan Ali pemimpinnya dan musuhilah orang yang menentangnya.

Hadis pernyataan Ammar di atas diriwayatkan oleh banyak ulama besar, di antaranya:

A. Al-Hafidz Al-Thabarani dalam Mu’jam al-Autsathnya, sebagaimana diceritakan oleh al-Hafidz al-Haitsami dalam Majma’ Zawaidnya 7/17 dan al-Suyuthi dalam Al Durr al Mantsurnya: 3/105.

B. Al-Hafidz Abu Bakar Ibnu Mardawaih (Al Durr: 3/105).

C. Al-Hafidz al-Hakim al-Hiskami dalam Syawahid Tanzilnya juz 1/173.

D. Al-Muhaddits al-Hamwaini (W:733H) dalam Faraid al-Simthain: 1/194.

E. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqallani.

5. Imam Ali as (syahid:40H).

Al-Suyuthi meriwayatkan bahwa Imam Ali as berkata, “Ayat tersebut turun kepada Rasulullah saw. di rumahnya, lalu beliau keluar menuju masjid, ketika beliau sampai, orang-orang dalam sedang shalat, ada yang ruku’, sujud dan berdiri shalat, lalu ada seorang pengemis, dan beliaupun menanyainya, ” Hai pengemis adakah orang yang memberimu sesuatu?”. Ia menjawab, ” Tidak, kecuali orang yang sedang ruku’ itu –sambil menunjuk kepada Ali bin Abi Thalib-, ia memberiku cincinnya.

Riwayat pernyataan beliau bahwa ayat wilayah tersebut turun untuknya, telah diriwayatkan oleh banyak kalangan baik Syi’ah maupun Sunnah, di antaranya:

A. Al-Hafidz Abu Syeikh (W:369H) dalam tafsirnya.

B. Al-Hafidz Ibnu Murdawaih, keduanya dinukil oleh al-Suyuthi dalam Durr Mantsurnya: 3/105.

C. Al-Hakim Ibnu al-Bayya’ al-Nisaburi (W:405H) dalam kitabnya Ma’rifah Ulum al-Hadits:102.

D. Al-Faqih Ibnu al-Maghazili al-Syafi’i (W:483H) dalam kitab Manaqibnya:312, hadis ke 355.

E. Al-Hafidz al-Hakim al-Hiskani dalam Syawahidnya: 1/175.

F. Al-Hafidz al-Khawarizuni al-Hanafi (W:568H).

G. Al-Hafidz Ibnu ‘Asakir al-Dimasyqi (W:571H) dalam Tarikh Dimasqa:2/409.

H. Al-Hafidz al-Thabaranio (W:360H) dalam Mu’jamnya, seperti disebutkan Ibnu Katsir al-Dimasyqi dalam al-Bidayah wa al-Nihayah nya: 7/357.

I. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-’Asqallani dalam kitabnya al-Kaaf al-Syaaf: 56.

J. Al-Hafidz al-Muttaqi al-Hindi dalam Kanzulnya:15/146.

K.Ibnu Furat al-Kuufi dalam tafsirnya:41.

L.Al-Majlisi dalam al-Bihar:35/198 dari Ibnu Furat.

M.Ibnu Babawaih al-Qummi (W:381H) dalam kitab al-Khishalnya, bab 43.

N. Al-Muhaddits al-Thabarsi dalam kitabnya al-Ihtijaj: 1/192 dan 231.

0. ‘Amr bin al-’Ash, dalam surat balasan kepada Mu’awiyah, sebagaimana disebutkan oleh al-Hafidz al-Khawarizmi dalam Manaqibnya hal 128.

P.Abdullah bin Sallam bin Harits (W:43H) riwayat pernyataannya disebutkan oleh banyak ulama di antaranya:

Q.Razin al-Abdari al-Andalusi (W:535H) dalam kitabnya Tajrid al-Shihah,2/227.

R.Muhibbuddin al-Thabari (W:649H) dalam dua kitabnya Dzakhir al-Uqba:102 dan al-Riyadh al-Nadhirah: 2/208.

S.Ibnu al-Atsir {w. 606 H.} dalam kitabnya Jami’ al-Ushul,6/478.

T.Abdullah bin Abbas (W:68 H).

Banyak sekali riwayat dari Ibnu Abbas ra. dengan redaksi yang bermacam-macam yang keseluruhannya menegaskan bahwa ayat al-Wilayah turun untuk Imam Ali as. sebagian darinya dengan menyebutkan kejadiannya dan terkadang langsung menerangkan bahwa ayat itu turun untuk Ali as al-Suyuthi menyebutkan lima riwayat darinya dengan jalur yang berbeda-beda dari pelbagai tokoh hadis terkemuka seperti: al-Khatib, Abdu al-Razzaq, Abdu bin Humaid, Ibnu Jarir al-Thabari, Abu Syaikh dan Ibnu Mardawaih.

Selain nama-nama tokoh penting di atas masih banyak lagi ulama yang meriwayatkannya seperti:

A. Ahmad bin Yahya al-Baladziri (W:279H) dalam kitabnya Ansab al-Asyraf:2/150.

B. Al-Wahidi al-Nisaburi (W:468H) dalam kitab Asbab al-Nuzulnya: 133.

C. Al-Hakim al-Hiskami dalam Syawahidnya:1/164, 180, 181, 184 dan 185.

D. Ibnu al-Maghazili al-Syafi’i dalam Manaqibnya meriwayatkannya dari tiga jalur hadis ke 354, 356 dan 357 hal 311-313.

E. Al-Muwaffaq bin Ahmad al-Hanafi (W:68H) dalam Manaqibnya:186.

F. Al-Fakhr al-Razi (W:606H) dalam tafsirnya:12/28. Ia berkata: “Atha’ meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini turun untuk Ali bin Abi Thalib as.”. Ia juga meriwayatkan dari Abdullah bin Sallam dan Abu Dzar.

G. Syeikhul Islam al-Hamwaini al-Juwaini (W:722H) dalam Faraid al-Simthain:1/193.

H. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya al-Kaf al-Syaf.

I. Al-Suyuthi dalam tafsirnya al-Durr al-Mantsur seperti sudah disinggung sebelumnya dan juga dalam Lubab al-Nuqul: 93 dan ia juga meriwayatkan dari Ammar bin Yasir.

J. Al-Muttaqi al-Hindi dalam kitab Kanzulnya:6/319.

K. Jabir bin Abdillah al-Anshari (W:78 H)

Hadis darinya telah diriwayatkan oleh banyak ulama, di antaranya:

A. Al-Hafidz al-Hakim al-Hiskani dalam Syawahidnya:1/174.

B. Syeikh As’ad al-Ardabili dalam kitabnya al-Arbain Haditsan.

10. Anas bin Malik (W:93H).

Riwayat pernyataannya dilaporkan oleh sekelompok Muhaddis dalam karya-karya penting mereka seperti:

A. Al-Hafidz al-Hakim al-Hiskani dalam Syawahidnya:1/45 dan 66.

B. Al-Hafidz al-Kinji al-Syafi’i (W:658H) dalam kitabnya Kifayat al-Thalib: 228.

C. Al-Hamwaini al-Jumaini dalam Faraid as Simthain:1/187.

Ibnu Taymiah Menantang, Kami Meladeni!!

Ibnu Taymiah membohongkan hadis sebab turunnya ayat di atas dari beberapa sisi, katanya, di antaranya ialah: “(Keempat) Kami maafkan dia dari mendatangkan bukti ijma, tetapi kami hanya menuntutnya untuk mendatangkan dengan penukilan melalui satu sanad saja yang sahih. Sanad yang disebutkan ats Tsa’labi di dalamnya terdapat banyak perawi tertuduh, adapun penukilan Ibnu al Maghazili lebih lemah. Orang ini mengumpulkan dalam bukunya banyak hadis palsu. Sebnagaiaman tidak samar bahwa hadis ini adalah palsu bagi yang sedikit memiliki pengetahuan tentang hadis…”[3

Pertama-tama yang perlu dikatakan di sini ialah:

1) Hadis tentang sedekahnya Imam Ali as. di atas telah dijadikan pijakan para ulaa Ahlusunnah dalam menetapkan hukum bahwa gerakan sedikit dalam shalat itu tidak membatalkannya. Dan sedekah sunnah itu juga dinamai zakat! Mereka juga menggolongkan ayat di atas sebagai ayat hukum, Âyâtul Ahkâm, seperti yang dilakukan al Jashshâsh dalam Ahkâm al Qur’an-nya dan beberapa ulama lain. Semua itu bukti bahwa para ulama itu mengakui kesahihan hadis tersebut! Sebab jika tidak mana mungkin mereka menetapkan hukum berdasarkan hadis yang tidak sahih?!

2)Para ahli ilmu Kalam (Teoloqi Islam) ketika mereka membantah argumentasi Syi’ah dengan hadis di atas, hanya mengkritik pemanknaan Syi’ah terhadap kata wilayah tanpa mencacat sanad hadis tersebut. Tidak jarang pula mereka menisbatkannya kepada para mufassir. Hal itu adalah bukti kuat bahwa mereka menerima kesahihannya! Andai tidak, pastilah mereka akan mencacatnya.

3)Para hafidz dan ahli hadis meriwayatkan hadis tersebut dalam buku-buku mereka dan tanpa menyebut-nyebut pencacatan, dan tidak jarang pula yang menegaskan kesahihannya.

Setelah ini semua, coba kita perhatikan beberapa jalur periwayatan hadis tersebut, agar kita dapat menyaksikan langsung kualitas sanadnya.

Yang pasti tidak sedikit sanad hadis ini yang sahih, di antaranya:

Hadis riwayat Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya: Rabî’ ibn Sulaiman al Murâdi menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata, Ayub ibn Suwaid menyampaikan hadis kepada kami dari Utbah ibn Abi Hakîm…Dan Abu Sa’id al Asyaj menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata al Fadhl ibn Dakîn Abu Nu’aim al Ahwal menyampaikan hadis kepada kami, ia berkata Musa ibn Qais al Hadhrami menyampaikan hadis kepada kami dari Salamah ibn Kuhail.

Nama periwayat dalam kedua sanad di atas adalah orang-orang tsiqât, jujur terpercaya dan para periwayat andalan enam kitab hadis standar Ahlusunnah, Shihâh Sittah.

Hadis riwayat Ibnu ‘Asâkir dalam tarikh Damaskus-nya:

Dari al Haddâd, dari Abu Nu’ain al Isfahâni dari ath Thabarani dari Abdurahman ibn Sallam ar Râzi dari Muhammad ibn Yahya ibn adh Dharîs dari Isa ibn Abdullah…

Nama-nama periwayat ini adalah tsiqât tanpa diragukan lagi!

Ibnu Katsir juga menyebutkan beberapa jalur periwayatan hadis ini, dan ia mencacat sebagian darinya, dan untuk sebagaian lainnya ia diam! Sementara tentang sebuah sadan darinya ia mengatakan:

هذا إسْنادٌ لاَ يُقْدَحُ بِهِ

“Sanad ini tidak dapat dicacat!” [4]

Bahkan lebih dari itu, turunnya ayat tersebut untuk Imam Ali as. telah dikatakan oleh sebagian ulama Ahlusunnah adalah telah diijma’kan. Demikian dikatakan Qadhi Adhuddin al Îji dalam kitab al Mawâqif-nya, Syarif al Jurjani dalam Syarahnya atas kitab tersebut dan at Taftazani dalam Syarah al Maqâshid-nya. [5]

Mungkin gaya “geretak mengeretak” Ibnu Taymiah akan membuatnya tampil hebat dengan anggapan bahwa orang-orang akan yakin bahwa memang benar tidak ada stupun sanad riwayat ini yang sahih… dan benar pulalah klaimnya bahwa para ulama ahli hadis telah bersepakat membohongkannya! Ternyata benar juga dugannya, karena ternyata ada juga yang tertipu dengan kepicikan dan kejahilan Ibnu Taymiah. Tentunya ya kaum Wahabi dan antek-antek mereka; Neo Nawashib!!

Coba Anda bandingkan kebohongan dan kepalsuan yang dilontarkan Ibnu Taymiah beberapa abad silam ternyata ditelah mentah-mentah oleh ulama Wahabi yang bengkit dengan geram membantah kitab Dialoq Sunnah-Syi’ah melalui buku al Bayyinât-nya, ia berkata, “Kami memastikan bahwa hadis-hadis itu tidak ada satupun yang sahih, dan tidak satupun yang dapat tegak dengannya hujjah… Adapun sekedar menyandarkannya kepada tafsir ats Tsa’labi atau Asbâb Nuzûl-nya al Wahidi bukanlah hujjah berdasarkan kesepakatan ahli ilmu, sebab Ahlusunnah tidak menetapkan melalui buku-buku rujukan itu suatau apapun yang hendak mereka tetapkan, apapun ia, karena buku-buku itu menghimpun yang sahih dan dhai’f serta mawdhu’ (palsu). Dan para ahli tafsir tidak bersepakat bahwa ayat itu turun untuk Ali, mereka berselisih.”

Para pengikut Ibnu taymiah seperti penulis al Bayyinât dalam pandangan kami tidak berharga walau hanya satu reyal Saudi-pun, sebab mereka adalah kaum dungu yang jahil yang hanya pandai mengulang-ulang kebodohan dan kedungunag Ibnu Taymiah; imam besar mereka. Jika Anda ragu, pernyataan penulis buku di atas adalah sebaik-baik bukti hidup!! Oleh sebab itu, saya khawatir berdosa kalau meladeni mereka! Tetapi saya hanya ingin katakana bahwa bahwa sanad-sanad hadis di atas adalah sahih. Dan memang benar, buku-buku seperti Asbâb Nuzûl-nya al Wahidi dan tafsir ats Tas’labi tidak sedikit memuat hadis lemah atau bakhan palsu! Kami mengerti itu! Bakhan kami meyakini dengan bukti bahwa kitab-kitab hadis Shahih Ahlusunnah seperti Bukhari-pun banyak memuat hadis palsu!! Tetapi beristidlal dalam kasus ini adalah dengan hadis yang sanadnya telah terbukti sahih!! Baik terdapat dalam buku-buku yang Anda sebut tadi maupun di buku-buku lain!

Dan apakah Anda membaca komentar al Alusi yang mengatakan bahwa turunnya ayat tersebut untuk Ali as. adalah pendapat aghlabul muhaddisîn, kebanyakn/mayoritas ahli hadis![6]

Ibnu Taymiah Unjuk Kebodohan!

Kita masih menyoroti penyataan-pernyataan ngawur yang memalukan yang tidak henti-hentinya digoreskan tinta beracum Ibnu Taymiah seputar ayat al Wilayah. Kali ini ia memamerkan kebodohan dan kejahilannya! Coba perhatikan apa yang saya katakana di bawah ini:

Jalur Riwayat dalam Tafsir ath Thabari

Ibnu Taymiah membanggakan tafsir Ibnu Jarir ath Thabari yang bersih dari hadis-hadis lemah dan palsu, tidak seperti tafsir ats Tsa’labi dan muridnya, al Wahidi yang mencamuradukkan antara riwayat-riwayat sahih dan dha’if dalam tafsir mereka… Ibnu Taymiah berkata: “Adapun para ulama pembesar ahli tafsir seperti tafsir Muhammad ibn Jarir ath Thabari, Qabi’ ibn Mukhallad, Ibnu Abi Hatim, Ibnu al Mundzir, Abdurahman ibn Ibrahim ibn Duhaim dan yang semisal mereka, mereka tidak menyebut dalam buku-buku mereka hadis-hadis palsu, mauwdhû’at seperti itu, apalagi para ulama yang lebih agung dari mereka, seperti dalam tafsir Ahmad ibn Hanbal, Ishaq ibn Rahawaih. Riwayat-riwayat seperti itu tidak disebut oleh Ibnu Humaid, tidak juga Abdurazzaq-padahal ia condong kepada kesyi’ahan dan banyak meriwayatkan hadis keutamaan Ali, walaupun dha’if- akan tetapi ia lebih agung dari meriwayatkan kebohongan nyata seperti riwayat itu!…”[7]

Subhanallah! Sungguh konyol pernyataan Ibnu Taymiah kali ini. Ia memuji Tafsir ath Thabari-yang katanya tidak seperti tafsir ats Tsa’abi dan al Wahidi- bersih dari riwayat-riwayat ngawur, ternyata Ibnu Jarir Thabari meriwayatkan hadis tentang turunnya ayat tersebut terkait dengan sedekah Imam Ali as. dari lima jalur kuat. Saya persilahkan Anda yang penasaran merujuknya langsung pada tafsir ath Thabari![8]

Dan Ibnu Abi Hatim yang ia banggakan juga ternyata meriwayatkan peristiwa itu dengan jalur-jalur yang sahih dari para periwayat yang tsiqah, seperti telah Anda baca sebelumnya.

Sepertinya Ibnu Taymiah Mabuk Ketika Menulis!

Tidak cukup mengigau dengan mengatakan kata-kata seperti di atas, Ibnu Taymiah lebih memberikan bukti baru kepada kita akan kebodohan dan kejahilannya! Atau janga-jangan ia sedang mabuk ketika menggerakan penanya di atas kertas!

Ia mengecam tafsir ats Tsa’labi dan al Wahidi, seperti telah And abaca di atas, ia menambahkan,“Maka dari itu, karena al Baghawi adalah seorang yang alim, pandai tentang hadis dan lebih pandai dari ats Tsa’labi dan al Wahidi, dan tafsir yang ia tulis adalah ringkasan dari tafsir ats Tsa’labi, karena itu ia tidak menyebutkan dalam tafsirnya sedikitpun dari hadis=hadis palsu tersebut yang telah diriwayatkan ats Tsa’labi. Ia (Al Baghawi) tidak menyebutkan tafsir ahjli bid’ah yang disebutkan ats Tsa’labi… “[9]

Sungguh memalukan!! Apakah Ibnu Taymiah tidak pernah mengarahkan matanya ke kitab Tafsir al Baghawi sehingga ia menyaksikan bagaimana al baghawi ternyata meriwayatkan hadis peristiwa itu?!! Ya. Riwayat itu telah diriwayatkan oleh al Baghawi yang kata Ibnu Taymiah menyebut-nyebut mawdhû’at, dan tafsirnya ahli bid’ah!

Apakah Ibnu Taymiah siap mencabut ucapannya? Atau para pemujanya tetap saja akan menyanyikan lagu sumbang kebodohan dan kejahilan Ibnu Taymiah mereka?!

Tetapi jangan Anda tidak perlu khawatir, Ibnu Jarir dan al Baghawi yang ia puji sebentar lagi akan dihajar habis Ibnu Taymiah ketika ia dihadapka dengan kenyataan bahwa ternyata keduanya juga meriwayatkan hadis-hadis yang tidak sejalan dengan hawa nafsunya! Nantikan serinya!

______________________________

[1] Minhâj al-Sunnah 1/155.

[2] Minhâj as Sunnah,4/4.

[3] Minhâj as Sunnah,4/4-5.

[4] Tafsir Ibnu Katsir,2/64.

[5]Al Mawâqif fi Ilmi al Kalâm:404, Syarhu al Mawâqif fi Ilmi al Kalâm,8360 dan Syarhu al Maqâshid fi Ilmi al Kalâm,5/270.

[6] Rûh al Ma’âni,6/167.

[7] Minhâj as Suinnah,4-4.

[8] Tafsir ath Thabari,6/186.

[9] Minhâj as Suinnah,4-4.

15 Responses to “Ayat Turun Untuk Imam Ali as. adalah Palsu!!”

  1. [Maaf, numpang nempel pamflet yah.. ]

    ************
    -Jawaban Kami-

    Minta ma’af yang banyak mas pamflet-nya nggak bisa kami muat!

  2. Tambah seru nih…. di tungguin lanjutannya…

    Salam
    Abah

    ***********************
    -Jawaban Kami-

    Salam abah. sabar atuuh. Biar kaum Wahabi penyembah Ibnu taymiah tarik napas dulu dan berembuk membantah!
    Sabar ya, satu dua hari lagi akan ada yang lebih seru membongkar KEGILAAN Ibnu Taymiah.

  3. wheleh–wheleh bodohnya kaum muslim, kok lebih mengutamakan Hadits dari Al-Qur an. Semua sudah Jelas dalam Al-quran tentang Muhammad, kenapa kalau ada hadits2 yang beginian, mereka lebih percaya….samber gelap, Bodoh-bodoh….Hidup Muhammad Hidup Islam

    ********************
    -Jawaban Kami-

    Mas wedul. Salam.
    kamu itu gimana sih, kok tidak terarah dengan baik bicaranya! Kamu perlu perbaiki logika kamu! Siapa yang mengutamakan Hadis di atas Qur’an? Yang ada adalah menafsirkan dan mencari keterangan tentang ayat-ayat Al-Qur’an dengan merujuk kepada hadis! apa itu salah mas?

    Sumbernya juga jelas, dikutip dari buku-buku para ulama dengan sanad yang kuat. apanya yang gelap. Bodoh-bodoh…. Hidup Muhammad! hidup Islam. Ya tapi islam dengan pemahaman siapa, mas? itu yang perlu dikaji!

  4. lama2 makin asyik neh gasak Ibn Taimiah …

    *******************
    -Jawaban Kami-

    Mas bahesti, assalamualaikum.
    Ini bukan gasak-gasakan, tetapi kajian ilmiah, walaupun kajiannya memilih Ibnu Taymiah sebagai studi kasusnya. Sebab sementara ini banyak yang belum kenal siapa sebenarnya orang itu.

  5. ya kalo Hadits gak sesuai Al-Quran tinggalin aja. ya Islam dengan pemahaman yang sesuai Al-Quran

    *****************
    -Jawaban Kami-

    Benar mas!! seratus sampean! Kalau ada hadis tidak sesuai dengan Al-Qur’an buang aja jauh-jauh. Tetapi tahap awal pahami dulu dengan benar Al-Qur’annya baru bicara apakah hadis ini atau itu cocok atau bertentangan!

    Jadi kalau ada yang ngotot mau membantah hadis di atas, ya buktikan dulu apakah ia bertetnatnag dengan Al-Qura’n? Di mana letak pertentangannya? Apa alasan semua itu?

    Setuju?! Saya tunggu pembuktian kamu ya!!

  6. ass, MAS, SAYA GAK BISA BAHASA ARAB, TAPI PINGING SEKALI PUNYA BUKU KARANGAN IBNU TAYMIAH, Minhajus Sunnah NYA bahasa indonesia. PUNYA INFO? harga? dimana? MAKASIH.

    http://shahihbukhari.wordpress.com —kajiannya bagus sekali.

    *******************
    Jawaban kami:

    Salam Mas Syaiful.
    maaf sampai sakarang saya belum punya info tentang di mana dapetin buku itu. Tapi katanya sih sudah diterjemahkan.
    Terima kasih atas dukungannya. Jangan bosan-bosan kunjungi blog ini pasti selalu diperbaharui… pasti banyak info baru tentang kekonyolan imamnya kaum Wahabi/Salafy Takfiriyyi!

    Wassalam

  7. Ya anak Taimiah, kalau setiap ayat yang diturunkan untuk keutamaan Sayyidina Ali -karramallahu wajhahu- kamu ingkari, turs maumu itu apa?
    Kamanya saya tidak heran kalau sekarang orang2 Wahabi dan simpatisan bani umayyeh selalu mengikuti langkah2nya ibnu taimiah!!
    Saya sering ketemu orang2 yang punya kecenderungan ke- wahabi2an selalu ngotot menolak banyak keutamaan Sayyidina Ali ra. dengan satu alasan: itu terlalu mengkultus Ali.
    Sangat keterlalulan semua itu….wahai kaum muslimin waspadalah terhadap kesesatan mereka.

    ************************
    Jawaban Kami:

    Salam mas jangkirk.
    Memang sikap mereka itu aneh… selalunya begitu… bukan cuma kamu, kami juga sering ketemu dengan simpatisan bani umayyah yang ruwet, mbulet dan ndak jelas arah logikanya… Setiap kali dibawakan keutamaan Imam Ali as. mereka bilang itu pengkultusan! Kalau keutamaan bani umayyah? Apa itu bukan pengkultusan?

  8. Memang keterlaluan ibnu tay itu… sepertinya ia sangat menaruh dendam kepada Islam dengan memuntahkannya kepada keluarga dekat nabi kita saw.
    Apa dia tidak tau kalau hadis-hadis keutamaan sahabat Ali ra. yang ia dustakan itu diriwayatkan ulama islam yang tentunya jauh lebih berkopenten dalam masalah-masalah islam.
    Saya doakan mas pengelolah blog ini agar terus maju pantang mundur menggempur kesesatan anak tay… titisan arwah jahat umawiyin.

    ****************
    -Jawaban Kami-

    Salam mas. semoga Allah selalu melindungi kita semua. Anda tidak salah ketika curiga Ibnu Taymiah itu seperti yang kamu katakan… sebelum kamu juga para ulama telah curiga bahkan ada yang menuduhnya begitu.
    Ayo mas kerja juga menggempur kesesatan mereka…

  9. wahai pengikut muhammad & ali muhammad saww
    berjuanglah satu padu dalam membongkar ajaran nashibi itu (shali ala muhammad wa ali muhammad wa ajjul farajahum).

    dan teruslah kalian memberitahukan tentang keistimewaan yang telah Allah berikan kepada maksumin as,sampai shahibazaman (af)menebas leher orang munafik ,insya Allah

    ya husain………..

  10. Salam,,, Ibnu Taymiah yang pertama mengharamkan penggunaan akal setelah Al-Ghazali makanya ia tak berfikir seperti kerbau>>>>>

  11. assalamu alaikum wr.wb.
    allahumma salli ala muhammad wa ala alhi muhammad.
    marilah kita bersatu dalam ketahuhidan…. al-quran mutlak adanya penafsirannya relatif… kasihan umat yang menjadi bingung q.s al-anbiya’(21):92 al-an’am(6):159 ali imran(3): 103. berbeda dalam penafsiran fiqh dan lainya adalah biasa bagimanusia yang mempunyai akal untuk berfikir tapi smua mencari keridhoan allah s.w.t BERSATULAH>>>>>

    *********************
    -Jawaban Kami-

    Memutar balikkan penafsiran ayat Alqur’an harus ditentang keras, dan ditelanjangi pelakunya sebab dapat merusak kemurnian ajaran Islam. marilah kita bersatu dalam kebenaran bukan dalam kebatilan.

  12. Dari jaman ke jaman, mulai dari jaman nabi, para sahabat, sampai kiamatpun akan selalu ada para ahli bid’ah. Apakah itu bid’ah dalam Al Quran maupun Sunah. Dan menurut saya, Inbu Taymiah adalah salah satu dari ahli bid’ah. Sudah sangat jelas keutamaan dan kemuliaan Ali bin Abu Thalib yang tak seorangpun meragukannya baik itu dari pihak kawan maupun lawan. Banyak hadis tentang beliau dan banyak pula para perawi hadis yang mengakui nya sahih. Jadi hati-hati terhadap bid’ah!!

  13. katanya ibn taymiyah salafi tulen,………
    malah menutupi keutamaan salafi, ahlulbait lagi.
    tapi bagaiamana kalo kepalsuan haditsnya hasil ijtihad ibn taimy, bukankah dia ahli hadits?

    Salamun Alaikum

    Para ulama Ahlusunnah, seperti Ibnu Hajar al Asqallani mengatakan bahwa Ibnu Taymiah sering gegabah dalam menolak hadis khususunya tentang keutamaan Imam Ali ra… Tentunya dengan dorongan hawa nafsu….
    Sepertinya Ibnu Taymiah dianggap ahli dalam banyak hal, boleh jadi Anda setuju boleh jadi orang lain menolak. Tetapi yang pasti dia adalah Ahli Bid’ah dan Ahli Dusta serta Ahli Dalam Memproduk Ijma’ Palsu.

  14. Wah….
    Kayaknya Ibnu Taymiyah mesti tobat tuh…

    Udah jelas2 nas untuk Imam Ali dan ahlulbait sangat konkrit dalam al-Quran & Hadist, eh malah bikin perkara…

    Apa yg ditolak dalam diri Imam Al-Mutaqin Ali ibnu Abi Thalib as?????

    Ada juga yang sering bohong Abu Bakar & Umar, sampai putri Rasulullah wafat dalam keadaan murka sama mereka… pintu Ridhallah dilawan, ya… siap2 aja.

    Yasud, mudah2an ga di azab sama Allah di dunia dan di akhirat….

  15. ….sejauh yang saya tangkap ibnu taimiyyah hanya tak adil jika menyangkut tentang ahlul bayt saja, tapi di dalam hal-hal lainnya (katanya) bisa diambil pendapatnya (hujjahnya), betul tidak itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

.